DIALOGIKA:
DEBAT DAN SARANA-SARANA DIALOGIKA
Bahasa adalah sarana komunikasi
terpenting dalam dialog. Dialog tidak dapat terjadi tanpa bahasa. Dialogika
adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih
berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika
yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, debat, dan sarana-sarana
dialogika.
Dialogika berarti ilmu tentang
berbagai hakikat dari dialog dan penerapan praktis ilmu ini dalam pembicaraan
antarmanusia. Dialogika terbagi atas dialogika spesialis dan dialogika
generalis. Dalogika spesialis adalah pembicaraan antar dan bersama dua atau
tiga orang atau dalam kelompok kecil (dengan peserta 3-4 orang). Dialogika
generalis adalah segala bentuk tukar-menukar pikiran dalam kelompok yang lebih besar.
A.
DEBAT
1.
Pengertian Debat
Pada hakikatnya debat adalah saling
adu argumentasi (pendapat) antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan
tujuan mencapai kemenangan untuk satu pihak. Dalam debat, setiap pribadi atau
kelompok mencoba menjatuhkan lawannya, supaya pihaknya berada pada posisi yang
benar.
Debat dalam bidang politik bentuk
percaturan pendapat ini sering dipraktikkan. Debat sesungguhnya adalah satu
bentuk pertentangan dalam diskusi atau dialog. Dalam proses ini para peserta
sungguh-sungguh berbantah lewat argumentasi dan bukan sekedar mau memperoleh
pengertian atau pengetahuan baru.
Debat dimulai dengan meneliti pendapat
dan posisi argumentatif lawan bicara, sesudah itu berkosentrasi pada
titik-titik lemah argumentasi lawan. Selanjutnya terjadi proses adu pikiran dan
pendapat secara sungguh-sungguh sampai seorang atau sekelompok menyerah. Dapat
juga terjadi bahwa perdebatan dihentikan tanpa hasil, tanpa seorang pemenang.
Jika kelompok atau pribadi yang
mengambil bagian dalam debat itu memiliki kadar dan tingkatan pengetahuan yang
sama, maka debat merupakan satu percaturan rohani yang mengasah pikiran dan
dapat membina sikap-sikap kepahlawanan.
2.
Bentuk-bentuk
Debat
Ada dua macam bentuk debat,
yaitu sebagai berikut:
a.
Debat Inggris
Debat Inggris ada
dua kelompok yang berhadapan: kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum dimulai
ditentukan dua pembicara dari setiap kelompok. Tema dan nama pembicara
diperkenalkan kepada para pendengar sebelumnya. Pada awal debat pemimpin
menjelaskan secara singkat tata tertib debat, tetapi dia tidak berbicara
tentang isi tema. Moderator hanya bertanggung jawab bahwa setiap pihak
menyampaikan pendapat dan posisinya tas cara yang wajar dan pada akhir debat
mengorganisasi pemungutan suara untuk menentukan pemenang.
Debat dimulai
dengan memberi kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok.
Dia menyampaikan tema. Ia tidak boleh berbicara terlalu lama,
sekurang-kurangnya tidak lebih dari sepuluh menit. Pembicara pertama harus
merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti. Uraiannya skematis supaya
dapat diikuti dengan mudah oleh pendengar. Dia harus berbicara dengan keyakinan
dan mengesankan, supaya dapat menarik para pendengar untuk mengikuti kebijaksanaan
kelompoknya.
Pembicara dari
kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama, tetapi tidak boleh
mengulang pikiran yang sudah disampaikan. Dia harus meyakinkan para pendengarnya
bahwa tentang masalah yang sama dia atau kelompoknya juga memiliki pikiran dan
pendapat sendiri.
Para pembicara
kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara denga urutan
seperti pada para pembicara pertama. Sering kali para pembicara sudah
merundingkan pokok-pokok yang akan dibicarakan oleh masing-masing mereka.
Sesudah para
pembicara dari masing-masing kelompok menyampaikan pendapat, tiba giliran para
pendengar untuk berbicara. Meraka dapat mengemukakan pertanyaan atau menyatakan
sikapnya. Pendengar yang berbicara harus secara jelas menunjukkan pada pihak mana
dia berada.
Dalam debat
tertutup, setiap orang hanya berbicara satu kali. Oleh karena itu, pembicara
harus menyiapkan diri dan menyusun jalan pikirannya secara cermat dan teliti.
Dia harus menyampaikan sesuatu yang padat dan berisi dalam batas waktu yang
singkat. Sebaliknya, dalam debat terbuka, orang dapat berbicara lebih dari satu
kali. Sesudah semua peserta berbicara, kedua pembicara pertama dari
masing-masing kelompok manyamaikan kata penutup.
Pada akhirnya
moderator memimpin proses pemungutan suara untuk menentukan pemenang.
Persetujuan dapat dinyatakan dengan mengangkat tangan atau berdiri. Debat
ditutup sesudah pengumuman pemenang.
b.
Debat Amerika
Dalam debat Amerika
juga dua regu berhadapan, tetapi masing-maisng regu menyiapkan tema melalui pengumpulan
bahan secara teliti dan penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota
kelompok debat ini adalah orang-orang yang terlatih dalam seni berbicara.
Mereka berdebat di depan sekelompok Juri da publikum.
Debat dimulai,
apabila salah seorang anggota regu membuka pembicaraan dengan mengemukakan
‘tesis’ dan dijawab oleh pembicara pertama dari regu yang kedua. Proses
selanjutnya berlangsung apabila setiap anggota regu berbicara dalam urutan yang
bergantian dengan anggota regu yang lain. Semua anggota dari kedua regu
mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Setiap pembicara harus menyampaikan
pandangannya mengenai tema dan tesis yang diperdebatkan.
Sering kali setiap
regu membagi tema ke dalam pokok-pokok penting. Pokok-pokok itu dibagi kepada setiap
anggota untuk dipelajari dan diperdalam. Dalam debat setiap orang berbicara
sebagai ahli dari pokok tersebut. Sesudah semua anggota berbicara babak pertama
selesai dan dibuka babak yang kedua.
Dalam babak kedua,
orang pertama dari regu penyanggah membuka pembicaraan. Proses selanjutnya
seperti dalam babak pertama. Setiap anggota kelompok berbicara dalam urutan
yang bergantian. Apabila setiap anggota regu sudah mendapat kesempatan dua kali
untuk berbicara, maka debat dinyatakan selesai.
Sesudah debat selesai,
para Juri membuat penilaian untuk menentukan pemenang. Aspek-aspek yang dinilai
yaitu kejelian mencari dan menyusun bahan, rumusan yang baik, keterampilan
berbicara, argumentasi yang jitu dan tersusun baik dan kesegaran berbicara.
Para Juri
menjelaskan dasar penilaiannya, sebab publikum juga ingin menimba makna dari
seluruh proes debat. Di samping itu, dipertimbangkan oleh para Juri dalam
menentukan pemenang.
3.
Patokan
dalam Berdebat
Ada enam belas patokan yang
dapat dipergunakan dalam proses berdebat, yaitu sebagai berikut:
1)
Kita harus
berkosentrasi dan membataskan diri pada pokok pikiran lawan bicara yang menjadi
titik lemah. Apabila ternyata dari sepuluh pikiran ada Sembilan yang benar,
maka kita bertumpu pada satu pokok yang lemah itu, di mana ada kemungkinan
untuk menjatuhkan lawan.
2)
Apabila posisi kita
lemah, maka kita tidak dapat mengemukakan argumentasi yang efektif. Oleh karena
itu, kita harus kembali kepada titik lemah lawan bicara.
3)
Kita hanya boleh
mengemukakan pembuktian apabila kita tahu pasti bahwa alasan lawan bicara tidak
lebih kuat daripada alasan kita sendiri.
4)
Apabila lawan
menunjukkan kelemahan argumentasi kita, maka kita harus juga menunjukkan hal
yang sama pada pihak lawan. Dengan ini kita membuktikan bahwa pada pihak lawan
juga ada kelemahan. Perdebatan menjadi seimbang dan proses adu argumentasi
dapat dilanjutkan.
5)
Kita harus
membedakan antara kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam hubungan dengan tata
sopan santun dan kesalahan-kesalahan argumentatif yang dapat menjebak lawan
bicara.
6)
Kita harus
menunjukkan secara jelas kebenaran dan kekuatan kita, sebelum lawan melihat
kelemahan-kelemahan kita. Sementara itu kita juga menyingkapkan kelemahan dan
kekurangan yang tampak atau yang akan muncul dari pihak lawan dan membeberkn
secara meyakinkan kepada lawan bicara.
7)
Pikiran atau ide
itu tidak menentukan. Yang menentukan adalah tindakan. Siapa yang menerima ide
itu lalu memasukkan ide itu secara terencana, dialah pelaksana, penguasa dan
pemilik ide itu dan bukan orang yang melahirkan ide itu.
8)
Dapat terjadi bahwa
karena mempergunakan suatu perbandingan atau suatu ungkapan, seluruh pikiran
tampak tidak berbobot. Tetap segala celaan dapat diatasi dengan sikap yang
sungguh-sungguh. Sebaliknya, kesungguhan dapat dihancurkan oleh ejekan dan
celaan.
9)
Orang menanggapi
argumentasi lawan hanya terhadap apa yang dikatakan pertama atau yang terakhir.
apabila tidak ada kata atau pengertian yang menghubungkan jalan pikiran kedua
bagian itu, maka argumentasi akan lemah.
10)
Siapa yang ingin
menemukan kesalahan pada pikiran lawan bicara, dia harus menyingkap sesuatu,
yang tidak pernah dimunculkan dalam proses debat itu.
11)
Apabila lawan
bicara mau mengemukakan suatu hal yang khusus, maka kita harus mencoba
menggeneralisasikannya. Selama kita masih dapat membuktikannya sebagai suatu
kekelirian yang bersifat umum, kita berada pada pihak yang beruntung.
12)
Apabila ternyata
bahwa pembuktian lawan itu kuat, maka kita harus mencoba memaparkannya kembali,
tetapi dengan memanipulasikan akibat-akibatnya, sebab akibat dari setiap proses
biasanya sekurang-kurangnya mengandung keraguan.
13)
Seringkai seseorang
dapat berhasil menang dalam debat, apabila dia menyerang pelbagai pendapat yang
muncul dengan cara mengejek.
14)
Pengamatan yang
tepat, pengertian yang dalam dan logika, mengkarakterisasi suatu debat yang
baik, dan ini terbukti apabila seseorang sanggup menunjukkan bahwa argumentasi
lawan itu lebih tepat dikenakan pada satu masalah lain.
15)
Debat itu dapat
dilatarbelakangi oleh sifat ingat diri dan menuntut satu disiplin
rohani-akademis yang tinggi. Berdebat pada dasarnya mengandalkan penguasaan
bahan. Di lain pihak, dalam debat orang harus tetap menjaga sopan santun, juga
dalam argumentasi ad hominem.
16)
Berdebat berarti
menundukkkan lawan lewat argumentasi atau dengan kata lain menaklukkan lawana
bicara, tetapi harus dengan cara yang fair
dan sportif sebagaimana dalam
pertandingan olahraga.
4.
Skema Pembicaraan dalam Debat
Ada dua skema yang dapat
dipergunakan sebagai senjata untuk menenangkan suatu perdebatan, yaitu sebagai
berikut:
a.
Skema Mempertahankan
Posisi
Dalam debat, dimana
orang harus mempertahankan posisi dapat dipergunakan skema sebagai berikut:
1)
Menunjukkan titik
tolak pendapat kita.
2)
Mengemukakan dasar,
alasan pendapat kita.
3)
Membeberkan
contoh-contoh konkret untuk memperkuat pembuktian.
4)
Menari kesimpulan.
5)
Seruan untuk
bertindak.
b.
Skema Dialektis
Dalam suatu debat, orang dapat
mengemukakan pikiran atau pendapatnya secara dialektis. Untuk menyusun jalan
pikiran secara dialektis dapat dipergunakan skema di bawah ini:
1)
Menyajikan titik tolak.
2)
Mengemukakan
argumentasi.
3)
Menguraikan
kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra.
4)
Penjelasan
argumentasi kontra secara lebih terinci.
5)
Seruan untuk
bertindak.
5.
Petunjuk-petunjuk Teknis
Keberhasilan atau kegagalan
suatu debat pada hakikatnya tergantung dari kualitas pemimpin atau moderator
debat. Untuk memilih dan menentukan seorang moderator, perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
a.
Ragam Pendengar
Debat yang dihadiri
oleh pendengar dari berbagai golongan dan tingkat umur, moderator hendaknya
tidak boleh terlalu mudah. Dia harus sungguh-sungguh menguasai bahan dan tema
debat, atau sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah
yang diperdebatkan.
Proses debat,
moderator berusaha untuk tetap bersikap objektif. Dia hendaknya memperhatikan
tata sopan santun, disiplin dan kalau perlu menciptakan suasana yang segar
lewat humor yang sehat. Di samping itu dia seharusnya memiliki saraf yang sehat
dan suatu elastisitas jiwa dan rohani yang baik untuk dapat menghadapi segala
kesulitan yang muncul dalam debat.
Hubungan dengan
penampilan, moderator harus memancarkan kepastian dan kewibawaan. Ia harus
memancarkan autoritas, sehingga orang dengan mudah menuruti petunjuknya. Dalam
sikap dan tingkah laku dia harus tetap netral, tidak boleh membuat pembedaan
antara kawan atau lawan. Di harus mengambil jarak dalam percaturan pendapat dan
argumentasi peserta debat. Dia harus menjadi seorang yng tidak dapat digantikan
selama debat berlangsung. Keputusannya adalah mutlak, tidak boleh diganggu
gugat.
b.
Peran Moderator
Sebagai pemimpin
debat, dalam menjalankan kekuasaannya, hendaknya penuh tenggang rasa dan penuh
pertimbangan. Pada dasarnya dia tidak boleh memerintah, melainkan menawarkan,
tidak boleh menteror, tetapi memberi kebebasan bergerak. Jangan menggurui,
tetapi membimbing. Dia seharusnya berhati-hati dalam mempergunakan haknya. Dia
hanya boleh bersikap tegas kalau memang perlu. Siapa yang memperhatikan
tuntutan ini, dia adalah pemimpin atau moderator yang ideal. Jarang sekali
ditemukan orang seperti ini, tetapi siapa yang berusaha, dia akan berhasil.
c.
Batas Waktu
Waktu untuk
bebricara harus ditetapkan sebelumnya. Pembicara atau pembawa referat harus
diberi waktu secukupnya untuk memaparkan temanya secara jelas. Referat atau
makalah yang dibawakan dalam debat ebaiknya tidak lebih dari 20 menit. Setiap
pembicara sebaiknya ditetapkan waktu bicaranya antara 3-5 menit. Meskipun dari
pengalaman, banyak orang tidak dapat mengungkapkan hal-hal yang penting dalam
waktu 3-5 menit, tetapi dalam hal ini moderator harus tegas, sebab jika tidak,
proses debat akan terganggu dan sasaran tidak kan tercapai atau tidak memuaskan
semua pihak.
d.
Kata Penutup
Pada akhir seluruh
debat, pembawa referat atau wakil kelompok menyampaikan kata penutup. Sesudah
itu moderator mengumumkan hasil debat dan menyampaikan kata akhir untuk menutup
seluruh acara debat.
6.
Kegunaan
Debat
Dalam memiliki karakter pembinaan
yang tinggi, sebab lewat debat orang dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan
diskusi secara teliti, berpikir rasional dan tajam, merumuskan pikiran secara
teliti dan tepat sasaran, mempertenggangkan pendnegar yang bakal ditarik untuk
menerima kebijaksanaan kelompok. Selanjutnya, debat dapat membina para peserta
untuk berbicara singkat, padat dan mengesankan.
Di lain pihak, debat dapat
menyadarkan pembicara tentang ketidakjelasan dalam berpikir dan mengungkapkan
pikiran. Dalam debat orang terbina untuk mengangkat suara pada saat yang tepat.
B.
SARANA-SARANA DIALOGIKA
Menjadikan suatu diskusi, tanya
jawab atau debat berhasil, dalam arti mencapai tujuan, bukanlah tugas yang
mudah. Tidak hanya dari moderator, tetapi juga dari setiap peserta dituntut
suatu keterampilan tinggi dalam berpikir, dalam menganalisis dan dalam
merumuskan masalah. Sebagai bantuan untuk setiap orang, dibawah ini dijelaskan
dua sarana yang dapat dipergunakan dalam dialogika untuk mempertinggi
efektivitas komunkasi retoris.
1.
Mendengar
Mendengar adalah sikap yang penting
dalam proses dialog dan diskusi. Setiap peserta dalam diskusi selalu berganti
peranan antara berbicara dan mendengar. Oleh karena itu, berbicara dan
mendengar saling mengarahkan, berbicara dan mendnegar adalah dua unsur penting
dalam proses komunikasi retoris, berbicara dan mendnegar menghilangkan banyak
rintangan di antara para peserta.
a.
Skema Mendengar
Skema mendengar,
dilihat dari segi
pendengar dapat dirumuskan sebagai berikut: “Siapa mendnegar dan mengerti, di mana, kapan, apa,
bagaimana, tentang apa, mengapa, untuk apa, dari siapa, dan berapa lama”.
b.
Sikap Mendengar
Mendengar yang sesungguhnya menuntut kesabaran.
Mendengar yang sesungghnya berarti menangkap isi pembicaraan secara tepat, atau
mendnegar sambil menganalisis. Hal ini sangat sukit. Kebanyakan mausia tidak
dapat mendengar dengan baik, dalam arti mendengar dengan teliti dan menangkap
isi pembicaraan secara tepat, meskipun mereka dilatih untuk itu. Dalam
dialogika, langkah pertama untuk bersikap positif kepada pembicara adalah
menaruh perhatian dan mendnegarkan dia, tidak hanya mengangguk-anggukan kepala,
tetapi juga menganalisis dan menangkap isi pembicaraannya.
Dalam proses mendengar, manusia diwarnai oleh
sejumlah faktor seperti pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perhatian, relasi
dan sikap bathin. Faktor-faktor ini akan menjadi semacam filter dalam proses
mendengar, dank arena itu dia dapat salah mengerti. Di lain pihak, siapa yang
berusaha untuk mendengar dengan sabar dan teliti, perlahan-lahan akan membina
satu kesanggupan mendnegar yang bersifat analitis, dalam arti tepat dan tajam
melihat masalah dan hubungan antarmasalah, serta turut memikirkan prasyarat
atau konsejuensi dari apa yang didengar.
c.
Seni Mendengar
Mendengar adalah satu kesenian. Setiap orang
hendaknya membina sikap mendengar dalam dirinya.
2.
Taktik-taktik Retoris
Setiap orang dapat mempergunakan taktik-taktik
ini sesuai dengan situasi yang dihadapi dan tujuan yang akan dicapai.
Taktik-taktik itu sebagai berikut:
a.
Taktik Afirmasi
Taktik-taktik afirmasi adalah
sebagai berikut:
1)
Taktik “Ya”
Menurut taktik ini, pertanyaan
dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan bicara hanya dapat menjawab: “Ya” dan
perlahan-lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan,
yang harus diterima tanpa syarat. Jawaban “Ya” menuntun dari lawan bicara tidak
hanya persetujuan rasional, tetapi juga secara emosional yang tidak dapat
dihindarkan. Ketika berhadapan dengan Euthypron, Socrates sudah menggunakan
taktik ini dengan sangat berhasil:
S: Karena keahlian memelihara kuda adalah perhatian
yang tepat untuk kuda, bukan?
E: Ya.
S: Dan bukan setiap orang mengerti anjing pemburu,
kecuali si pemburu, bukan?
E: Ya.
S: Karena keahlian memburu adalah perhatian yang
tepat untuk sapi, bukan?
E: Ya.
S: Dan keahlian beternak sapi adalah perhatian yang
tepat untuk sapi, bukan?
E: Ya, tentu.
S: Jadi, kalau begitu Euthypron, kesalehan adalah
perhatian yang tepat untuk para dewa, bukan?
E: Ya.
2)
Taktik Mengulang
Ini adalah gaya
bahasa yang tidak hanya dikenal pada zaman antik Yunani, tetapi juga pada zaman
modern. Napoleon mengatakan: pengulangan adalah satu-satunya gaya bahasa yang
benar. Senator Robert Kennedy menyebutkan di dalam pidatonya yang terkenal pada
tanggal 16 Maret 1968, hanya dalam kalimat pertama enam kali pencalonannya
sebagai Presiden. Gaya bahasa ini juga sangat efektif dalam dunia reklame.
Contoh: orang tidak sering
menunjukkan hal ini bahwa…. Sekali lagi saya katakan, betapa penting hal ini…. Secara
khusus saya mau tekankan…. Saya mengulangi….
Sebaliknya, gaya bahasa ini tidak boleh dipergunakan
untuk menyampaikan yang palsu, yang tidak benar, karena akan membawa efek
negatif: orang tidak percaya kepada pembicara.
3)
Taktik Sugesti
Taktik ini
bermaksud mempermudah lawan bicara menyetujui pikiran, anjuran dan hasil
pertimbangan kita.
Contoh: Inilah yang
paling tepat dan cocok bagi anda. Hanya saja, anda memiliki dalam koleksi
anda….Program baru ini akan memberi keuntungan kepada anda….Dalam satu tahun,
pasti modal anda akan kembali….Saya serahkan buku petunjuk ini kepada anda.
Silahkan!
4)
Taktik Kebersamaan
Untuk menumbuhkan
rasa kebersamaan (perasaan “kita”), atas sukses yang diraih bersama hingga saat
ini, atau himbauan tentang kerja sama yang efektif sampai saat ini, dapat
membantu untuk keluar dari jalan buntu.
Contoh: Pikirkan
segala kerja sama kita yang berhasil baik selama ini! Bukankah sampai saat ini
kita selalu menyelesaikan segala asalah dengan cara yang baik? Oleh karena itu
marilah kita bersama-sama berusaha menanggulangi masalah ini. Apa yang dapat
kita lakukan?
5)
Taktik Kompromi
Kompromi adalah
satu taktik yang dipakai dalam situasi yang sulit untuk mencapai keseimbangan
rasional.
Contoh: Pendapat
kami tidak jau berbeda sebagaimana diperkirakan. Menurut saya kita sependapat
dalam hal ini….Mari kita pusatkan perhatian kita selanjutnya pada pokok ini….F.
Schleger mengatakan: Perbedaan pendapat justru memperkuat kesepakatan yang
murni.
6)
Taktik Konsensus
Taktik ini
menampilkan di depan mata pendengar rangkuman pendapat kita yang sudah
disetujui dan menggerakkan hati mereka untuk menuruti pendapat kita, menyetujui
perjanjian yang dibuat, menerima anjuran atau membeli hasil produksi kita.
Contoh: Coba kita
lihat kembali apa yang sudah kita bicarakan. Lihat: kita semua sepakat
khususnya dalam mengartikan apa itu “demokrasi”. Oleh karena itu kita
sebenarnya sependapat bahwa….Kita setuju, bahwa….Maka dari itu marilah kita
bersama-sama….
b.
Taktik Defensif
Taktik-taktik defensif adalah sebagai
berikut:
1)
Taktik Menunda
Taktik ini
dipergunakan apabila ada keberatan bahwa ceramah atau penjelasan yang
dikemukakan kurang jelas atau kurang mengandung argumentasi yang kuat.
Pembicara dapat secara taktis menunda penjelasan pada kesempatan berikut.
Contoh: Saya akan
menanggapi pertanyaan anda. Tetapi pada kesempatan ini rasanya tidak cukup
waktu untuk menanggapi pertanyaan anda. Dalam ceramah berikut saya baru akan
memberikan tanggapan mengenai pertanyaan ini.
2)
Taktik Mengelak
Dapat terjadi bahwa
pikiran atau pendapat pembicara diragukan. Pembicara menghadapi kesulitan untuk
menjelaskan posisinya. Dalam kesempitan dn kesulitan seperti ini, pembicaa
menyebutkan kutipan atau ucapan seorang ahli sehingga lawan bicara dapat
dikonfrontasikan langsung dengan pendapat ahli tersebut.
Contoh: Andre Cide
mengatakan: “Di dalam silogismus, saya hanya menemukan apa yang sebelumnya saya
siratkan”. Perdana Menteri X beberapa saat lalu mengatakan hal yang sama.
Albert Einstein pernah menegaskan bahwa….Coba anda baca tentang hal tersebut
dalam prospek ini.
3)
Taktik “Ya…tetapi”
Menurut taktik ini,
kita menghargai dan menyetujui pendapat lawan bicara, tetapi aplikasinya
disesuaikan dengan pendapat kita. Ini adalah satu cara untuk menyimpang secara
halus dari titik tolak lawan bicara.
Contoh: Saya dapat
memahami secara jelas pendapat anda, tetapi…. Sampai pada tingkat tertentu anda
benar, hanya… Saya setuju sekali dengan pendapat anda, hanya saja orang tidak
boleh mengabaikan, bahwa… Saya mengerti baik sekali kecemasan anda. Tetapi
harus disadari dengan itu orang lupa akan…
4)
Taktik Mengangkat
Untuk memperoleh
persetujuan peserta atas pendapat kita, kita mengangkat dan menghormati
pendapat yang berbeda dari lawan bicara. Dengan itu dia dapat lebih baik
belajar menghargai pendapat kita.
Contoh: Saudara-saudara,
saya tahu, bahwa beberapa di antara anda memiliki pendapat yang berbeda dari
pendapat saya. Saya menghormati pendapat anda. Tetapi coba anda pahami juga
pendapat saya… Coba anda menempatkan diri ke dalam situasi saya. Mungkin anda
akan bertindak sama seperti saya!
5)
Taktik Berterima Kasih
Orang datang kepada
kita dengan banyak kesulitan yang membebani. Kita mengucapkan terima kasih
kepadanya atas informasi itu, meskipun tidak menyenangkan kita, tetapi justru
dengan itu mereka dibebaskan dari tekanan emosional.
Contoh: Saya berterima
kasih karena anda mau menyampaikan kesulitan anda secara terus terang. Memang
tugas kami untuk membantu anda. Saya mengucapkan terima kasih karena dengan
begitu kami menyadari kesalahan ini, dan kami terbantu untuk menolong banyak
orang lain.
6)
Taktik Merelativasi
Taktik ini
menempatkan keberatan lawan bicara ke dalam konteks dan relasi, sehingga dengan
itu pendapatnya menjadi relatif.
Contoh: Bukankah
segala sesuatu harus dipandang secara relatif? Apa artinya mahal? Bukankah sering terjadi bahwa barang yang
paling murah justru sebenarnya yang paling mahal? Bukankah pengertian “sukar” dimengerti
secara relatif? Nietzsche mengatakan, “Kalimat ‘Semuanya adalah interpretasi’
sebenarnya adalah interpretasi”.
7)
Taktik Menguraikan
Apabila lawan
bicara menyampaikan seonggok keberatan, kesulitan dan kritikan, maka kita
menguraikan dan menganalisis semua beberan itu satu persatu secara teliti,
sambil menunjukkan titik-titik lemahnya.
Contoh: Coba kita
teliti catalog keberatan anda satu demi satu. Mari kita lihat bersama-sama di
mna ada titik lemah. Mungkin saya dapat membantu. Apakah mungkin anda melihat
pokok ini terlalu dramatis? Di sini dapat muncul salah pengertian yang dapat
dijelaskan sebagai berikut…
8)
Taktik Membiarkan
Taktik ini
membiarkan lawan bicara menyampaikan maksud dan pikiran, sementara kita
endengarkan dengan penuh perhatian tanpa memberikan reaksi. Yang penting ialah
tidak menghalangi pembicaraannya, kecuali ada pertanyaan. Sesudah selesai, kita
menjelaskan sambil memberikan tanggapan yang bertentangan dengan pendapatnya.
Contoh: Bolehkah
saya merangkum pembicaraan anda? Anda berpendapat bahwa…. Apa saya tidak
keliru? Anda yakin bahwa…. Dalam hal ini saya punya pendapat lain…. Dan saya
mohon untuk dipertimbangkan lagi….
c.
Taktik Ofensif
Taktik-taktik ofensif adalah
sebagai berikut:
1)
Taktik Antisipasi
Sementara lawan
bicara menyampaikan pendapat, kita sudah mengantisipasi kelemahannya. Sesudah
itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi
kontra.
Contoh: Barangkali
anda akan menyampaikan kebaratan bahwa… Pasti anda mau bertanya kepada saya
entah…. Pikiran sebaliknya adalah bahwa….Oleh karena itu jawabannya adalah
bahwa…
2)
Taktik Mengagetkan
Lawan bicara
menentang dengan satu pertanyaan negative. Kita mengejutkan dia dengan satu
jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya. Jawaban balik ini dapat
bersifat paradox untuk menghilangkan keseimbangan dalam dirinya dan untuk dapat
mengarahkan dia.
Contoh: Oleh karena
itu saya menasihati anda supaya… Justru
karena itulah… Maka dari itu saya
menganjurkan kepada anda… Keberatan
ini memang sudah lama saya nantikan. Sebagaimana
saya, anda mengerti bahwa… Bahkan
anda mengerti lebih baik daripada saya bahwa…
3)
Taktik Bertanya Balik
Taktik ini
melemparkan kepada lawan bicara satu pertanyaan balik yang menyebabkan dia
melepaskan pendasaran keberatannya, dan menerima kekeliruannya sendiri.
Contoh: Mengapa
anda percaya bahwa titik tolak adalah satu-satunya yang paling baik? Apakah anda juga tidak berpendapat
bahwa…? Apakah saya tidak keliru?
Jadi anda mengatakan bahwa…? Izinkan
saya bertanya: mengapa anda katakan bahwa pembicaraan melantur? Apakah tidak mungkin bahwa…? Apakah tidak bisa juga dipikirkan
bahwa…?
4)
Taktik Provokasi
Taktik ini memaksa
lawna bicara untuk berbicara terus terang. Ini adalah satu model pertanyaan
agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan.
Contoh: Itu saya
tidak percaya! Saya meragukan
pendapat itu. Itu tidak benar, itu
omong kosong! Anda sendiri tidak
percaya pada apa yang anda katakan. Katakan, kapan anda meletakkan jabatan? Berapa lama lagi anda mau membohongi
kami? Sejak kapan anda memperkaya
keluarga anda?
5)
Taktik Mencakup
Taktik ini melihat
argumentasi lawan dnegan satu pengamatan yang mencakup dan lebih tinggi,
sehingga dengan itu argumentasi itu sendiri dilemahkan dan tidak berlaku untuk
dirinya sendiri.
Contoh: Jawaban “tidak” dari
anda, pada mlanya sebenarnya adalah “ya”. Apabila sekarang anda mengatakan
“tidak”, maka menurut hemat saya anda pada hakikatnya mengiyakan hal itu. Sebab
“jawaban ‘ya’ itu terdiri dari banyak jawaban “tidak” dalam hal-hal kecil”.
6)
Taktik Melebih-lebihkan
Lewat taktik ini
orang secara sadar melebih-lebihkan pernyataan lawna bicara untuk mempengaruhi
lawan bicara atau supaya dia menarik kembali pernyataannya.
Contoh: Dengan itu
anda ingin mengatakan bahwa semua pejabat itu koruptor? Tidak, saya tidak
bermaksud begitu….
7)
Taktik Memotong
Taktik ini
dipergunakan untuk mengontrol pembicaraan yang berbicara terlalu banyak.
Pembicaraannya dipotong dnegan tiba-tiba dengan alas an untuk menyampaikan
sesuatu yang penting.
Contoh: Bolehkah
saya menyampaikan sesuatu yang penting secara singkat? Sabar, boleh saya jawab
sebentar? Coba beri kesempatan kepada Tuan X untuk mengungkapkan pendapatnya
atas apa yang baru anda katakan? Saya tidak mau memotong pembicaraan anda,
tetapi hanya mau berbicara sedikit.
d.
Taktik Negasi
Taktik-taktik negasi adalah sebagai
berikut:
1)
Taktik “Tidak”
Taktik ini
menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung karena menuntut penjelasan
yang tuntas. Di lain pihak cara ini dapat menciptakan permusuhan, karena
melukai lawan bicara. Oleh karena itu sebaiknya mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan retoris.
Contoh : Bukan, itu
tidak benar! Bukan, tentang hal ini saya tahu lebih baik! Helmut Schmidt dalam
suatu interview menjawab kepada Reporter
Rohlinger sebagai berikut: Itu satu pertanyaan yang bodoh, tetapi saya
tidak keberatan, andaikan anda… Untuk menghindarkan perasaan tersinggung pada
lawan bicara, dapat dipergunakan rumusan-rumusan yang yang lebih moderat
seperti di bawah ini: Jangan katakan: Anda bohong! Lebih baik: Apakah anda
sungguh-sungguh mengatakan yang benar? atau, jangan katakana: Anda tidak membaca
keterangan yang dilampirkan! Lebih baik mengatakan: Apakah anda sudah membaca
keterangan-keterangan yang dilampirkan? Dengan cara ini, tak seorang pun merasa
diremehkan atau terluka, tetapi setiap orang yang mendengar, tahu apa yang
sebenarnya dimaksudkan.
2)
Taktik Kontradiksi
Taktik ini
mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa
yang dikatakan oleh lawan bicara.
Contoh: Meskipun keberatan anda
itu benar, tetapi tidak membuktikan
apa-apa! (Maksudnya, apa yang dikatakan tidak benar.) Itu tidak pernah terjadi,
tetapi anda terlalu melebih-lebihkan! (Membuktikan bahwa lawan bicara
melebih-lebihkan masalah).
REFERENSI
P. D. W.
Hendrikus SVD. 1991. Retorika.
Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar