Jumat, 15 Mei 2015

DIALOGIKA DEBAT DAN SARANA-SARANA DIALOGIKA



DIALOGIKA: DEBAT DAN SARANA-SARANA DIALOGIKA

Bahasa adalah sarana komunikasi terpenting dalam dialog. Dialog tidak dapat terjadi tanpa bahasa. Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, debat, dan sarana-sarana dialogika.
Dialogika berarti ilmu tentang berbagai hakikat dari dialog dan penerapan praktis ilmu ini dalam pembicaraan antarmanusia. Dialogika terbagi atas dialogika spesialis dan dialogika generalis. Dalogika spesialis adalah pembicaraan antar dan bersama dua atau tiga orang atau dalam kelompok kecil (dengan peserta 3-4 orang). Dialogika generalis adalah segala bentuk tukar-menukar pikiran dalam kelompok yang lebih besar.

A.                DEBAT
1.         Pengertian Debat
Pada hakikatnya debat adalah saling adu argumentasi (pendapat) antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan untuk satu pihak. Dalam debat, setiap pribadi atau kelompok mencoba menjatuhkan lawannya, supaya pihaknya berada pada posisi yang benar.
Debat dalam bidang politik bentuk percaturan pendapat ini sering dipraktikkan. Debat sesungguhnya adalah satu bentuk pertentangan dalam diskusi atau dialog. Dalam proses ini para peserta sungguh-sungguh berbantah lewat argumentasi dan bukan sekedar mau memperoleh pengertian atau pengetahuan baru.
Debat dimulai dengan meneliti pendapat dan posisi argumentatif lawan bicara, sesudah itu berkosentrasi pada titik-titik lemah argumentasi lawan. Selanjutnya terjadi proses adu pikiran dan pendapat secara sungguh-sungguh sampai seorang atau sekelompok menyerah. Dapat juga terjadi bahwa perdebatan dihentikan tanpa hasil, tanpa seorang pemenang.
Jika kelompok atau pribadi yang mengambil bagian dalam debat itu memiliki kadar dan tingkatan pengetahuan yang sama, maka debat merupakan satu percaturan rohani yang mengasah pikiran dan dapat membina sikap-sikap kepahlawanan.

2.         Bentuk-bentuk Debat
Ada dua macam bentuk debat, yaitu sebagai berikut:
a.         Debat Inggris
Debat Inggris ada dua kelompok yang berhadapan: kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum dimulai ditentukan dua pembicara dari setiap kelompok. Tema dan nama pembicara diperkenalkan kepada para pendengar sebelumnya. Pada awal debat pemimpin menjelaskan secara singkat tata tertib debat, tetapi dia tidak berbicara tentang isi tema. Moderator hanya bertanggung jawab bahwa setiap pihak menyampaikan pendapat dan posisinya tas cara yang wajar dan pada akhir debat mengorganisasi pemungutan suara untuk menentukan pemenang.
Debat dimulai dengan memberi kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok. Dia menyampaikan tema. Ia tidak boleh berbicara terlalu lama, sekurang-kurangnya tidak lebih dari sepuluh menit. Pembicara pertama harus merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti. Uraiannya skematis supaya dapat diikuti dengan mudah oleh pendengar. Dia harus berbicara dengan keyakinan dan mengesankan, supaya dapat menarik para pendengar untuk mengikuti kebijaksanaan kelompoknya.
Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama, tetapi tidak boleh mengulang pikiran yang sudah disampaikan. Dia harus meyakinkan para pendengarnya bahwa tentang masalah yang sama dia atau kelompoknya juga memiliki pikiran dan pendapat sendiri.
Para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara denga urutan seperti pada para pembicara pertama. Sering kali para pembicara sudah merundingkan pokok-pokok yang akan dibicarakan oleh masing-masing mereka.
Sesudah para pembicara dari masing-masing kelompok menyampaikan pendapat, tiba giliran para pendengar untuk berbicara. Meraka dapat mengemukakan pertanyaan atau menyatakan sikapnya. Pendengar yang berbicara harus secara jelas menunjukkan pada pihak mana dia berada.
Dalam debat tertutup, setiap orang hanya berbicara satu kali. Oleh karena itu, pembicara harus menyiapkan diri dan menyusun jalan pikirannya secara cermat dan teliti. Dia harus menyampaikan sesuatu yang padat dan berisi dalam batas waktu yang singkat. Sebaliknya, dalam debat terbuka, orang dapat berbicara lebih dari satu kali. Sesudah semua peserta berbicara, kedua pembicara pertama dari masing-masing kelompok manyamaikan kata penutup.
Pada akhirnya moderator memimpin proses pemungutan suara untuk menentukan pemenang. Persetujuan dapat dinyatakan dengan mengangkat tangan atau berdiri. Debat ditutup sesudah pengumuman pemenang.

b.   Debat Amerika
Dalam debat Amerika juga dua regu berhadapan, tetapi masing-maisng regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara teliti dan penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok debat ini adalah orang-orang yang terlatih dalam seni berbicara. Mereka berdebat di depan sekelompok Juri da publikum.
Debat dimulai, apabila salah seorang anggota regu membuka pembicaraan dengan mengemukakan ‘tesis’ dan dijawab oleh pembicara pertama dari regu yang kedua. Proses selanjutnya berlangsung apabila setiap anggota regu berbicara dalam urutan yang bergantian dengan anggota regu yang lain. Semua anggota dari kedua regu mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Setiap pembicara harus menyampaikan pandangannya mengenai tema dan tesis yang diperdebatkan.
Sering kali setiap regu membagi tema ke dalam pokok-pokok penting. Pokok-pokok itu dibagi kepada setiap anggota untuk dipelajari dan diperdalam. Dalam debat setiap orang berbicara sebagai ahli dari pokok tersebut. Sesudah semua anggota berbicara babak pertama selesai dan dibuka babak yang kedua.
Dalam babak kedua, orang pertama dari regu penyanggah membuka pembicaraan. Proses selanjutnya seperti dalam babak pertama. Setiap anggota kelompok berbicara dalam urutan yang bergantian. Apabila setiap anggota regu sudah mendapat kesempatan dua kali untuk berbicara, maka debat dinyatakan selesai.
Sesudah debat selesai, para Juri membuat penilaian untuk menentukan pemenang. Aspek-aspek yang dinilai yaitu kejelian mencari dan menyusun bahan, rumusan yang baik, keterampilan berbicara, argumentasi yang jitu dan tersusun baik dan kesegaran berbicara.
Para Juri menjelaskan dasar penilaiannya, sebab publikum juga ingin menimba makna dari seluruh proes debat. Di samping itu, dipertimbangkan oleh para Juri dalam menentukan pemenang.

3.         Patokan dalam Berdebat
Ada enam belas patokan yang dapat dipergunakan dalam proses berdebat, yaitu sebagai berikut:
1)        Kita harus berkosentrasi dan membataskan diri pada pokok pikiran lawan bicara yang menjadi titik lemah. Apabila ternyata dari sepuluh pikiran ada Sembilan yang benar, maka kita bertumpu pada satu pokok yang lemah itu, di mana ada kemungkinan untuk menjatuhkan lawan.
2)        Apabila posisi kita lemah, maka kita tidak dapat mengemukakan argumentasi yang efektif. Oleh karena itu, kita harus kembali kepada titik lemah lawan bicara.
3)        Kita hanya boleh mengemukakan pembuktian apabila kita tahu pasti bahwa alasan lawan bicara tidak lebih kuat daripada alasan kita sendiri.
4)        Apabila lawan menunjukkan kelemahan argumentasi kita, maka kita harus juga menunjukkan hal yang sama pada pihak lawan. Dengan ini kita membuktikan bahwa pada pihak lawan juga ada kelemahan. Perdebatan menjadi seimbang dan proses adu argumentasi dapat dilanjutkan.
5)        Kita harus membedakan antara kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam hubungan dengan tata sopan santun dan kesalahan-kesalahan argumentatif yang dapat menjebak lawan bicara.
6)        Kita harus menunjukkan secara jelas kebenaran dan kekuatan kita, sebelum lawan melihat kelemahan-kelemahan kita. Sementara itu kita juga menyingkapkan kelemahan dan kekurangan yang tampak atau yang akan muncul dari pihak lawan dan membeberkn secara meyakinkan kepada lawan bicara.
7)        Pikiran atau ide itu tidak menentukan. Yang menentukan adalah tindakan. Siapa yang menerima ide itu lalu memasukkan ide itu secara terencana, dialah pelaksana, penguasa dan pemilik ide itu dan bukan orang yang melahirkan ide itu.
8)        Dapat terjadi bahwa karena mempergunakan suatu perbandingan atau suatu ungkapan, seluruh pikiran tampak tidak berbobot. Tetap segala celaan dapat diatasi dengan sikap yang sungguh-sungguh. Sebaliknya, kesungguhan dapat dihancurkan oleh ejekan dan celaan.
9)        Orang menanggapi argumentasi lawan hanya terhadap apa yang dikatakan pertama atau yang terakhir. apabila tidak ada kata atau pengertian yang menghubungkan jalan pikiran kedua bagian itu, maka argumentasi akan lemah.
10)    Siapa yang ingin menemukan kesalahan pada pikiran lawan bicara, dia harus menyingkap sesuatu, yang tidak pernah dimunculkan dalam proses debat itu.
11)    Apabila lawan bicara mau mengemukakan suatu hal yang khusus, maka kita harus mencoba menggeneralisasikannya. Selama kita masih dapat membuktikannya sebagai suatu kekelirian yang bersifat umum, kita berada pada pihak yang beruntung.
12)    Apabila ternyata bahwa pembuktian lawan itu kuat, maka kita harus mencoba memaparkannya kembali, tetapi dengan memanipulasikan akibat-akibatnya, sebab akibat dari setiap proses biasanya sekurang-kurangnya mengandung keraguan.
13)    Seringkai seseorang dapat berhasil menang dalam debat, apabila dia menyerang pelbagai pendapat yang muncul dengan cara mengejek.
14)    Pengamatan yang tepat, pengertian yang dalam dan logika, mengkarakterisasi suatu debat yang baik, dan ini terbukti apabila seseorang sanggup menunjukkan bahwa argumentasi lawan itu lebih tepat dikenakan pada satu masalah lain.
15)    Debat itu dapat dilatarbelakangi oleh sifat ingat diri dan menuntut satu disiplin rohani-akademis yang tinggi. Berdebat pada dasarnya mengandalkan penguasaan bahan. Di lain pihak, dalam debat orang harus tetap menjaga sopan santun, juga dalam argumentasi ad hominem.
16)    Berdebat berarti menundukkkan lawan lewat argumentasi atau dengan kata lain menaklukkan lawana bicara, tetapi harus dengan cara yang fair dan sportif sebagaimana dalam pertandingan olahraga.

4.                  Skema Pembicaraan dalam Debat
Ada dua skema yang dapat dipergunakan sebagai senjata untuk menenangkan suatu perdebatan, yaitu sebagai berikut:
a.         Skema Mempertahankan Posisi
Dalam debat, dimana orang harus mempertahankan posisi dapat dipergunakan skema sebagai berikut:
1)   Menunjukkan titik tolak pendapat kita.
2)   Mengemukakan dasar, alasan pendapat kita.
3)   Membeberkan contoh-contoh konkret untuk memperkuat pembuktian.
4)   Menari kesimpulan.
5)   Seruan untuk bertindak.


b.    Skema Dialektis
Dalam suatu debat, orang dapat mengemukakan pikiran atau pendapatnya secara dialektis. Untuk menyusun jalan pikiran secara dialektis dapat dipergunakan skema di bawah ini:
1)   Menyajikan titik tolak.
2)   Mengemukakan argumentasi.
3)   Menguraikan kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra.
4)   Penjelasan argumentasi kontra secara lebih terinci.
5)   Seruan untuk bertindak.

5.                  Petunjuk-petunjuk Teknis
Keberhasilan atau kegagalan suatu debat pada hakikatnya tergantung dari kualitas pemimpin atau moderator debat. Untuk memilih dan menentukan seorang moderator,  perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
a.    Ragam Pendengar
Debat yang dihadiri oleh pendengar dari berbagai golongan dan tingkat umur, moderator hendaknya tidak boleh terlalu mudah. Dia harus sungguh-sungguh menguasai bahan dan tema debat, atau sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah yang diperdebatkan.
Proses debat, moderator berusaha untuk tetap bersikap objektif. Dia hendaknya memperhatikan tata sopan santun, disiplin dan kalau perlu menciptakan suasana yang segar lewat humor yang sehat. Di samping itu dia seharusnya memiliki saraf yang sehat dan suatu elastisitas jiwa dan rohani yang baik untuk dapat menghadapi segala kesulitan yang muncul dalam debat.
Hubungan dengan penampilan, moderator harus memancarkan kepastian dan kewibawaan. Ia harus memancarkan autoritas, sehingga orang dengan mudah menuruti petunjuknya. Dalam sikap dan tingkah laku dia harus tetap netral, tidak boleh membuat pembedaan antara kawan atau lawan. Di harus mengambil jarak dalam percaturan pendapat dan argumentasi peserta debat. Dia harus menjadi seorang yng tidak dapat digantikan selama debat berlangsung. Keputusannya adalah mutlak, tidak boleh diganggu gugat.
b.   Peran Moderator
Sebagai pemimpin debat, dalam menjalankan kekuasaannya, hendaknya penuh tenggang rasa dan penuh pertimbangan. Pada dasarnya dia tidak boleh memerintah, melainkan menawarkan, tidak boleh menteror, tetapi memberi kebebasan bergerak. Jangan menggurui, tetapi membimbing. Dia seharusnya berhati-hati dalam mempergunakan haknya. Dia hanya boleh bersikap tegas kalau memang perlu. Siapa yang memperhatikan tuntutan ini, dia adalah pemimpin atau moderator yang ideal. Jarang sekali ditemukan orang seperti ini, tetapi siapa yang berusaha, dia akan berhasil.
c.    Batas Waktu
Waktu untuk bebricara harus ditetapkan sebelumnya. Pembicara atau pembawa referat harus diberi waktu secukupnya untuk memaparkan temanya secara jelas. Referat atau makalah yang dibawakan dalam debat ebaiknya tidak lebih dari 20 menit. Setiap pembicara sebaiknya ditetapkan waktu bicaranya antara 3-5 menit. Meskipun dari pengalaman, banyak orang tidak dapat mengungkapkan hal-hal yang penting dalam waktu 3-5 menit, tetapi dalam hal ini moderator harus tegas, sebab jika tidak, proses debat akan terganggu dan sasaran tidak kan tercapai atau tidak memuaskan semua pihak.
d.   Kata Penutup
Pada akhir seluruh debat, pembawa referat atau wakil kelompok menyampaikan kata penutup. Sesudah itu moderator mengumumkan hasil debat dan menyampaikan kata akhir untuk menutup seluruh acara debat.

6.         Kegunaan Debat
Dalam memiliki karakter pembinaan yang tinggi, sebab lewat debat orang dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional dan tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasaran, mempertenggangkan pendnegar yang bakal ditarik untuk menerima kebijaksanaan kelompok. Selanjutnya, debat dapat membina para peserta untuk berbicara singkat, padat dan mengesankan.
Di lain pihak, debat dapat menyadarkan pembicara tentang ketidakjelasan dalam berpikir dan mengungkapkan pikiran. Dalam debat orang terbina untuk mengangkat suara pada saat yang tepat.

B.                 SARANA-SARANA DIALOGIKA
Menjadikan suatu diskusi, tanya jawab atau debat berhasil, dalam arti mencapai tujuan, bukanlah tugas yang mudah. Tidak hanya dari moderator, tetapi juga dari setiap peserta dituntut suatu keterampilan tinggi dalam berpikir, dalam menganalisis dan dalam merumuskan masalah. Sebagai bantuan untuk setiap orang, dibawah ini dijelaskan dua sarana yang dapat dipergunakan dalam dialogika untuk mempertinggi efektivitas komunkasi retoris.
1.         Mendengar
Mendengar adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi. Setiap peserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar. Oleh karena itu, berbicara dan mendengar saling mengarahkan, berbicara dan mendnegar adalah dua unsur penting dalam proses komunikasi retoris, berbicara dan mendnegar menghilangkan banyak rintangan di antara para peserta.
a.    Skema Mendengar
Skema mendengar, dilihat dari segi pendengar dapat dirumuskan sebagai berikut: “Siapa mendnegar dan mengerti, di mana, kapan, apa, bagaimana, tentang apa, mengapa, untuk apa, dari siapa, dan berapa lama.
b.   Sikap Mendengar
Mendengar yang sesungguhnya menuntut kesabaran. Mendengar yang sesungghnya berarti menangkap isi pembicaraan secara tepat, atau mendnegar sambil menganalisis. Hal ini sangat sukit. Kebanyakan mausia tidak dapat mendengar dengan baik, dalam arti mendengar dengan teliti dan menangkap isi pembicaraan secara tepat, meskipun mereka dilatih untuk itu. Dalam dialogika, langkah pertama untuk bersikap positif kepada pembicara adalah menaruh perhatian dan mendnegarkan dia, tidak hanya mengangguk-anggukan kepala, tetapi juga menganalisis dan menangkap isi pembicaraannya.
Dalam proses mendengar, manusia diwarnai oleh sejumlah faktor seperti pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perhatian, relasi dan sikap bathin. Faktor-faktor ini akan menjadi semacam filter dalam proses mendengar, dank arena itu dia dapat salah mengerti. Di lain pihak, siapa yang berusaha untuk mendengar dengan sabar dan teliti, perlahan-lahan akan membina satu kesanggupan mendnegar yang bersifat analitis, dalam arti tepat dan tajam melihat masalah dan hubungan antarmasalah, serta turut memikirkan prasyarat atau konsejuensi dari apa yang didengar.
c.    Seni Mendengar
Mendengar adalah satu kesenian. Setiap orang hendaknya membina sikap mendengar dalam dirinya.

2.         Taktik-taktik Retoris
Setiap orang dapat mempergunakan taktik-taktik ini sesuai dengan situasi yang dihadapi dan tujuan yang akan dicapai. Taktik-taktik itu sebagai berikut:
a.    Taktik Afirmasi
Taktik-taktik afirmasi adalah sebagai berikut:
1)   Taktik “Ya”
Menurut taktik ini, pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan bicara hanya dapat menjawab: “Ya” dan perlahan-lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan, yang harus diterima tanpa syarat. Jawaban “Ya” menuntun dari lawan bicara tidak hanya persetujuan rasional, tetapi juga secara emosional yang tidak dapat dihindarkan. Ketika berhadapan dengan Euthypron, Socrates sudah menggunakan taktik ini dengan sangat berhasil:
S: Karena keahlian memelihara kuda adalah perhatian yang tepat untuk kuda, bukan?
E: Ya.
S: Dan bukan setiap orang mengerti anjing pemburu, kecuali si pemburu, bukan?
E: Ya.
S: Karena keahlian memburu adalah perhatian yang tepat untuk sapi, bukan?
E: Ya.
S: Dan keahlian beternak sapi adalah perhatian yang tepat untuk sapi, bukan?
E: Ya, tentu.
S: Jadi, kalau begitu Euthypron, kesalehan adalah perhatian yang tepat untuk para dewa, bukan?
E: Ya.

2)   Taktik Mengulang
Ini adalah gaya bahasa yang tidak hanya dikenal pada zaman antik Yunani, tetapi juga pada zaman modern. Napoleon mengatakan: pengulangan adalah satu-satunya gaya bahasa yang benar. Senator Robert Kennedy menyebutkan di dalam pidatonya yang terkenal pada tanggal 16 Maret 1968, hanya dalam kalimat pertama enam kali pencalonannya sebagai Presiden. Gaya bahasa ini juga sangat efektif dalam dunia reklame.
Contoh: orang tidak sering menunjukkan hal ini bahwa…. Sekali lagi saya katakan, betapa penting hal ini…. Secara khusus saya mau tekankan…. Saya mengulangi….
Sebaliknya, gaya bahasa ini tidak boleh dipergunakan untuk menyampaikan yang palsu, yang tidak benar, karena akan membawa efek negatif: orang tidak percaya kepada pembicara.

3)   Taktik Sugesti
Taktik ini bermaksud mempermudah lawan bicara menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.
Contoh: Inilah yang paling tepat dan cocok bagi anda. Hanya saja, anda memiliki dalam koleksi anda….Program baru ini akan memberi keuntungan kepada anda….Dalam satu tahun, pasti modal anda akan kembali….Saya serahkan buku petunjuk ini kepada anda. Silahkan!

4)   Taktik Kebersamaan
Untuk menumbuhkan rasa kebersamaan (perasaan “kita”), atas sukses yang diraih bersama hingga saat ini, atau himbauan tentang kerja sama yang efektif sampai saat ini, dapat membantu untuk keluar dari jalan buntu.
Contoh: Pikirkan segala kerja sama kita yang berhasil baik selama ini! Bukankah sampai saat ini kita selalu menyelesaikan segala asalah dengan cara yang baik? Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha menanggulangi masalah ini. Apa yang dapat kita lakukan?

5)   Taktik Kompromi
Kompromi adalah satu taktik yang dipakai dalam situasi yang sulit untuk mencapai keseimbangan rasional.
Contoh: Pendapat kami tidak jau berbeda sebagaimana diperkirakan. Menurut saya kita sependapat dalam hal ini….Mari kita pusatkan perhatian kita selanjutnya pada pokok ini….F. Schleger mengatakan: Perbedaan pendapat justru memperkuat kesepakatan yang murni.

6)   Taktik Konsensus
Taktik ini menampilkan di depan mata pendengar rangkuman pendapat kita yang sudah disetujui dan menggerakkan hati mereka untuk menuruti pendapat kita, menyetujui perjanjian yang dibuat, menerima anjuran atau membeli hasil produksi kita.
Contoh: Coba kita lihat kembali apa yang sudah kita bicarakan. Lihat: kita semua sepakat khususnya dalam mengartikan apa itu “demokrasi”. Oleh karena itu kita sebenarnya sependapat bahwa….Kita setuju, bahwa….Maka dari itu marilah kita bersama-sama….


b.   Taktik Defensif
Taktik-taktik defensif adalah sebagai berikut:
1)   Taktik Menunda
Taktik ini dipergunakan apabila ada keberatan bahwa ceramah atau penjelasan yang dikemukakan kurang jelas atau kurang mengandung argumentasi yang kuat. Pembicara dapat secara taktis menunda penjelasan pada kesempatan berikut.
Contoh: Saya akan menanggapi pertanyaan anda. Tetapi pada kesempatan ini rasanya tidak cukup waktu untuk menanggapi pertanyaan anda. Dalam ceramah berikut saya baru akan memberikan tanggapan mengenai pertanyaan ini.

2)   Taktik Mengelak
Dapat terjadi bahwa pikiran atau pendapat pembicara diragukan. Pembicara menghadapi kesulitan untuk menjelaskan posisinya. Dalam kesempitan dn kesulitan seperti ini, pembicaa menyebutkan kutipan atau ucapan seorang ahli sehingga lawan bicara dapat dikonfrontasikan langsung dengan pendapat ahli tersebut.
Contoh: Andre Cide mengatakan: “Di dalam silogismus, saya hanya menemukan apa yang sebelumnya saya siratkan”. Perdana Menteri X beberapa saat lalu mengatakan hal yang sama. Albert Einstein pernah menegaskan bahwa….Coba anda baca tentang hal tersebut dalam prospek ini.

3)   Taktik “Ya…tetapi”
Menurut taktik ini, kita menghargai dan menyetujui pendapat lawan bicara, tetapi aplikasinya disesuaikan dengan pendapat kita. Ini adalah satu cara untuk menyimpang secara halus dari titik tolak lawan bicara.
Contoh: Saya dapat memahami secara jelas pendapat anda, tetapi…. Sampai pada tingkat tertentu anda benar, hanya… Saya setuju sekali dengan pendapat anda, hanya saja orang tidak boleh mengabaikan, bahwa… Saya mengerti baik sekali kecemasan anda. Tetapi harus disadari dengan itu orang lupa akan…

4)   Taktik Mengangkat
Untuk memperoleh persetujuan peserta atas pendapat kita, kita mengangkat dan menghormati pendapat yang berbeda dari lawan bicara. Dengan itu dia dapat lebih baik belajar menghargai pendapat kita.
Contoh: Saudara-saudara, saya tahu, bahwa beberapa di antara anda memiliki pendapat yang berbeda dari pendapat saya. Saya menghormati pendapat anda. Tetapi coba anda pahami juga pendapat saya… Coba anda menempatkan diri ke dalam situasi saya. Mungkin anda akan bertindak sama seperti saya!

5)   Taktik Berterima Kasih
Orang datang kepada kita dengan banyak kesulitan yang membebani. Kita mengucapkan terima kasih kepadanya atas informasi itu, meskipun tidak menyenangkan kita, tetapi justru dengan itu mereka dibebaskan dari tekanan emosional.
Contoh: Saya berterima kasih karena anda mau menyampaikan kesulitan anda secara terus terang. Memang tugas kami untuk membantu anda. Saya mengucapkan terima kasih karena dengan begitu kami menyadari kesalahan ini, dan kami terbantu untuk menolong banyak orang lain.

6)   Taktik Merelativasi
Taktik ini menempatkan keberatan lawan bicara ke dalam konteks dan relasi, sehingga dengan itu pendapatnya menjadi relatif.
Contoh: Bukankah segala sesuatu harus dipandang secara relatif? Apa artinya mahal? Bukankah sering terjadi bahwa barang yang paling murah justru sebenarnya yang paling mahal? Bukankah pengertian “sukar” dimengerti secara relatif? Nietzsche mengatakan, “Kalimat ‘Semuanya adalah interpretasi’ sebenarnya adalah interpretasi”.

7)   Taktik Menguraikan
Apabila lawan bicara menyampaikan seonggok keberatan, kesulitan dan kritikan, maka kita menguraikan dan menganalisis semua beberan itu satu persatu secara teliti, sambil menunjukkan titik-titik lemahnya.
Contoh: Coba kita teliti catalog keberatan anda satu demi satu. Mari kita lihat bersama-sama di mna ada titik lemah. Mungkin saya dapat membantu. Apakah mungkin anda melihat pokok ini terlalu dramatis? Di sini dapat muncul salah pengertian yang dapat dijelaskan sebagai berikut…

8)   Taktik Membiarkan
Taktik ini membiarkan lawan bicara menyampaikan maksud dan pikiran, sementara kita endengarkan dengan penuh perhatian tanpa memberikan reaksi. Yang penting ialah tidak menghalangi pembicaraannya, kecuali ada pertanyaan. Sesudah selesai, kita menjelaskan sambil memberikan tanggapan yang bertentangan dengan pendapatnya.
Contoh: Bolehkah saya merangkum pembicaraan anda? Anda berpendapat bahwa…. Apa saya tidak keliru? Anda yakin bahwa…. Dalam hal ini saya punya pendapat lain…. Dan saya mohon untuk dipertimbangkan lagi….

c.         Taktik Ofensif
Taktik-taktik ofensif adalah sebagai berikut:
1)   Taktik Antisipasi
Sementara lawan bicara menyampaikan pendapat, kita sudah mengantisipasi kelemahannya. Sesudah itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi kontra.
Contoh: Barangkali anda akan menyampaikan kebaratan bahwa… Pasti anda mau bertanya kepada saya entah…. Pikiran sebaliknya adalah bahwa….Oleh karena itu jawabannya adalah bahwa…

2)   Taktik Mengagetkan
Lawan bicara menentang dengan satu pertanyaan negative. Kita mengejutkan dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya. Jawaban balik ini dapat bersifat paradox untuk menghilangkan keseimbangan dalam dirinya dan untuk dapat mengarahkan dia.
Contoh: Oleh karena itu saya menasihati anda supaya… Justru karena itulah… Maka dari itu saya menganjurkan kepada anda… Keberatan ini memang sudah lama saya nantikan. Sebagaimana saya, anda mengerti bahwa… Bahkan anda mengerti lebih baik daripada saya bahwa…

3)   Taktik Bertanya Balik
Taktik ini melemparkan kepada lawan bicara satu pertanyaan balik yang menyebabkan dia melepaskan pendasaran keberatannya, dan menerima kekeliruannya sendiri.
Contoh: Mengapa anda percaya bahwa titik tolak adalah satu-satunya yang paling baik? Apakah anda juga tidak berpendapat bahwa…? Apakah saya tidak keliru? Jadi anda mengatakan bahwa…? Izinkan saya bertanya: mengapa anda katakan bahwa pembicaraan melantur? Apakah tidak mungkin bahwa…? Apakah tidak bisa juga dipikirkan bahwa…?

4)   Taktik Provokasi
Taktik ini memaksa lawna bicara untuk berbicara terus terang. Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan.
Contoh: Itu saya tidak percaya! Saya meragukan pendapat itu. Itu tidak benar, itu omong kosong! Anda sendiri tidak percaya pada apa yang anda katakan. Katakan,  kapan anda meletakkan jabatan? Berapa lama lagi anda mau membohongi kami? Sejak kapan anda memperkaya keluarga anda?

5)   Taktik Mencakup
Taktik ini melihat argumentasi lawan dnegan satu pengamatan yang mencakup dan lebih tinggi, sehingga dengan itu argumentasi itu sendiri dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.
Contoh: Jawaban “tidak” dari anda, pada mlanya sebenarnya adalah “ya”. Apabila sekarang anda mengatakan “tidak”, maka menurut hemat saya anda pada hakikatnya mengiyakan hal itu. Sebab “jawaban ‘ya’ itu terdiri dari banyak jawaban “tidak” dalam hal-hal kecil”.

6)   Taktik Melebih-lebihkan
Lewat taktik ini orang secara sadar melebih-lebihkan pernyataan lawna bicara untuk mempengaruhi lawan bicara atau supaya dia menarik kembali pernyataannya.
Contoh: Dengan itu anda ingin mengatakan bahwa semua pejabat itu koruptor? Tidak, saya tidak bermaksud begitu….

7)   Taktik Memotong
Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicaraan yang berbicara terlalu banyak. Pembicaraannya dipotong dnegan tiba-tiba dengan alas an untuk menyampaikan sesuatu yang penting.
Contoh: Bolehkah saya menyampaikan sesuatu yang penting secara singkat? Sabar, boleh saya jawab sebentar? Coba beri kesempatan kepada Tuan X untuk mengungkapkan pendapatnya atas apa yang baru anda katakan? Saya tidak mau memotong pembicaraan anda, tetapi hanya mau berbicara sedikit.



d.   Taktik Negasi
Taktik-taktik negasi adalah sebagai berikut:
1)   Taktik “Tidak”
Taktik ini menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung karena menuntut penjelasan yang tuntas. Di lain pihak cara ini dapat menciptakan permusuhan, karena melukai lawan bicara. Oleh karena itu sebaiknya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan retoris.
Contoh : Bukan, itu tidak benar! Bukan, tentang hal ini saya tahu lebih baik! Helmut Schmidt dalam suatu interview menjawab kepada Reporter  Rohlinger sebagai berikut: Itu satu pertanyaan yang bodoh, tetapi saya tidak keberatan, andaikan anda… Untuk menghindarkan perasaan tersinggung pada lawan bicara, dapat dipergunakan rumusan-rumusan yang yang lebih moderat seperti di bawah ini: Jangan katakan: Anda bohong! Lebih baik: Apakah anda sungguh-sungguh mengatakan yang benar? atau, jangan katakana: Anda tidak membaca keterangan yang dilampirkan! Lebih baik mengatakan: Apakah anda sudah membaca keterangan-keterangan yang dilampirkan? Dengan cara ini, tak seorang pun merasa diremehkan atau terluka, tetapi setiap orang yang mendengar, tahu apa yang sebenarnya dimaksudkan.

2)   Taktik Kontradiksi
Taktik ini mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa yang dikatakan oleh lawan bicara.
Contoh: Meskipun keberatan anda itu benar, tetapi tidak  membuktikan apa-apa! (Maksudnya, apa yang dikatakan tidak benar.) Itu tidak pernah terjadi, tetapi anda terlalu melebih-lebihkan! (Membuktikan bahwa lawan bicara melebih-lebihkan masalah).

REFERENSI

P. D. W. Hendrikus SVD. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar