DIALOGIKA:
DISKUSI DAN TANYA JAWAB
Bahasa adalah
sarana komunikasi terpenting dalam dialog. Dialog tidak dapat terjadi tanpa
bahasa. Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang
atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan.
Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan,
percakapan dan debat.
Dialogika
berarti ilmu tentang berbagai hakikat dari dialog dan penerapan praktis ilmu
ini dalam pembicaraan antarmanusia. Dialogika terbagi atas dialogika spesialis
dan dialogika generalis. Dalogika spesialis adalah pembicaraan antar dan
bersama dua atau tiga orang atau dalam kelompok kecil (dengan peserta 3-4
orang). Dialogika generalis adalah segala bentuk tukar-menukar pikiran dalam
kelompok yang lebih besar.
A.
DISKUSI
1.
Pengertian
Diskusi
Berasal
dari bahasa Latin “discuture”, yang
berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas, diskusi berarti memberikan
jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif.
Dalam proses ini orang mengemukakan titik tolak pendapatnya, menjelaskan alasan
dan hubungan antarmasalah. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar
pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Suatu diskusi
tidak harus menghasilkan keputusan. Namun, sekurang-kurangnya pada akhir
diskusi, para pendengar atau pemirsa memiliki pandangan dan pengetahuan yang
lebih jelas mengenai masalah yang didiskusikan.
2.
Bentuk-bentuk
Diskusi
Pembagian bentuk diskusi
berdasarkan tujuan, isi, dan para peserta adalah sebagai berikut:
a. Diskusi
Fak
Bentuk diskusi
ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama di bawah bimbingan
seorang ahli. Diskusi ini diselenggrakan pada akhir suatu ceramah atau makalah
yang mengupas tentang suatu masalah dari bidang ilmu tertentu. Diskudi fak
adalah suatu proses saling menukar pikiran dan pendapat untuk mencapai suatu
pengetahuan yang lebih tinggi. Diskusi ini dapat membimbing para peserta kepada
proses berpikir secara jelas untuk menemukan argumentasi yang tepat dan jitu.
Lamanya waktu untuk berbicara dalam ceramah umumnya sudah ditetapkan. Hal ini
untuk menghindarkan kemungkinan penyimpangan dari tema dan terutama untuk
memaksa para peserta agar mengungkapkan pikirannya secara singkat, tetap, padat
dan efektif.
b. Diskusi
Podium
Diskusi podium adalah penjelasan masalah oleh wakil
dari berbagai kelompok dan pendapat atau diskusi yang diadakan oleh wakil-wakil
terpilih bersama dengan atau tanpa plenum. Dalam diskusi podium masalah-masalah
yang bersifat umum dijelaskan secara terbuka.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam diskusi podium
adalah supaya setiap pembicara berbicara dari sudut pandangannya, sehingga
menampilkan pandangan yang berbeda dari pembicara lain. Sebab diskusi podium
menjadi lebih menarik apabila setiap pembicara mewakili pendapat yang berbeda
dari kelompoknya. Moderator dapat memberikan kesempatan kepada para pendengar
untuk mengajukan pertanyaan, setelah setiap pembicara menyampaikan pendapat
atau pikirannya. Pertanyaan ditujukan kepada pembicara dari kelompok tertentu.
c. Forum
Diskusi
Forum diskusi
adalah salah satu bentuk dialog yang sering dipergunakan dalam bidang politik.
Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari beberapa bentuk dialog.
Proses forum diskusi dapat berlangsung sebagai berikut: moderator membuka forum
diskusi dengan menyampaikan selamat datang; membuka diskusi secara resmi;
memperkenalkan pembicara (termasuk nama partai yang diwakili); mengajukan tema
diskusi dan memberi kesempatan secara bergilir kepada para pembicara untuk
pembicara. Para calon atau pembicara mengambil tempat pada sisi kiri dan kanan
moderator; sebaiknya di atas podium atau pada tempat yang mudah dilihat oleh
para pendengar. Para pembicara duduk menghadap publik.
Para pendengar
adalah orang-orang yang mengemukakan pertanyaan. Sesudah setiap pertanyaan,
moderator memberi kesempatan kepada seorang calon untuk mengungkapkan pikiran
atau pendapatnya. Sesudah itu diberikan kesempatan kepada calon dari partai
lain untuk menyampaikan pendapatnya menurut pandangan partainya. Proses yang
sama ini berlaku untuk setiap pertanyaan. Moderator harus memperhatikan dalam
memberikan kesempatan secara bergantian kepada masing-masing calon untuk
menjawab pertanyaan.
Forum diskusi
ini memiliki kadar demokratis yang sangat tinggi. Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa orang harus tetap berpegang pada tema yang sedang didiskusikan. Di
samping itu orang juga harus tetap berpegang pada tema yang sedang
didiskusikan. Di samping itu orang juga harus membedakan masalah pribadi dari
masalah yang dibicarakan.
d. Diskusi
Kasualis
Diskusi kasualis
adalah penelitian bersama atas suatu masalah konkret atau satu situasi konkret
yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencari jalan keluar
yang tepat. Demi kelancaran dapat diundang seorang ahli atau yang mengetahui
masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping.
3.
Persiapan
Diskusi
Dalam
mempersiapkan diskusi ada tiga bidang yang perlu diperhatikan:
a. Persiapan
Bahan
Persiapan bahan
atau isi pembicaraan suatu diskusi diawali dengan membatasi tujuan diskusi.
Pembatasan tujuan ini mencakup sasaran dan pokok pikiran untuk kesimpulan,
meskipun tidak mengandung isi konkret dari hasil yang ditargetkan. Berdasarkan
tujuan diskusi perlu juga dibatasi pokok-pokok penting isi diskusi, sehingga
proses diskusi dapat berjalan terarah. Apabila masalah yang didiskusikan itu
penting, sebaiknya mengundang seorang ahli.
Kepada para
peserta yang akan mengambil bagian dalam diskusi, diberikan informasi pada
waktu mengenai bahan diskusi, sehingga mereka dapat menyiapkan diri. Bahan
informasi untuk para peserta dapat dicantumkan sebagai lampiran dalam surat
undangan yang disampaikan kepada mereka. Dalam surat undangan dijelaskan tema,
tujuan diskusi, tempat, waktu berlangsung dan waktu diskusi.
b. Persiapan
Personal
Sejak awal
hendaknya dipastikan ahli atau pakar dan jenis kelompok pendengar yang akan
diundang untuk mengambil bagian dalam diskusi. Jumlah peserta yang ideal adalah
8-12 orang, meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk mengorganisasi diskusi
dengan kelompok yang besar jumlah pesertanya. Kesulitan yang dapat muncul
karena kelompok peserta yang besar adalah bahwa percaturan pendapat tidak dapat
tejadi dengan setiap peserta. Sebagian akan menjadi pendengar yang pasif.
Jauh sebelumnya
hendaknya dijelaskan kepada pakar yang ditunjuk tentang tujuan diskusi,
peranannya dalam diskusi dan diberi informasi secukupnya mengenai jenis,
tingkatan pendidikan dan harapan para peserta diskusi. Dengan ini dia dapat
menyiapkan bahan yang sesuai dengan situasi dan harapan para peserta.
c. Persiapan
Ruangan
Dalam hubungan
dengan persiapan ruangan, perlu diperhatikan aspek estetis (keindahan) fungsi
dan cara duduk. Aspek-aspek ini sangat menentukan dalam diskusi. Untuk diskusi
dengan jumlah yang tidak lebih dari 18 peserta, Schlenzka memberikan beberapa
kemungkinan seperti model c yang berbentuk huruf U, para peserta tidak terbatas
pada jumlah 10 orang, tetapi dapat diatur untuk peserta yang terlalu banyak jumlahnya.
Schlenzka tidak memperhitungkan model pengaturan tempat duduk yang berbentuk
lingkaran. Bentuk ini memungkinkan kontak yang lebih dekat dan langsung antara
pemimpin diskusi dan peserta. Hanya jumlah peserta yang terbatas. Bentuk
lingkaran memberi keuntungan yakni bahwa semua peserta yang duduk pada meja
bundar atau dalam lingkaran, memiliki tingkat dan hak yang sama.
4.
Pemimpin
Diskusi
Di bawah ini
diberikan beberapa norma yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan:
a. Pemimpin
diskusi memegang kendali dalam diskusi. Dalam situasi tertentu tugas ini dapat
diserahkan kepada orang lain yang dianggap mampu.
b. Pemimpin
membuka diskusi secara resmi. Para peserta tidak boleh berbicara tanpa melalui
pemimpin. Ketenangan selama diskusi menjadi tanggung jawab pemimpin diskusi.
c. Giliran
berbicara diberikan menurut urutan orang yang mengangkat tangan. Tetapi
pemimpin diskusi berhak mengatur sesuai dengan pendapat pro dan kontra untuk
menjadikan diskusi lebih hangat.
d. Pemimpin
juga menentukan lamanya pembicaraan. Peserta yang berbicara lebih dari waktu
yang ditetapkan harus diperingatkan atau distop.
e. Selama
diskusi tidak boleh mengubah tema. Apabila harus mengubah tema, maka pemimpin
menjelaskan alasannya secara tuntas.
f. Penceramah
dapat selalu diminta untuk memberikan jawaban atau penjelasan, dan apabila dia
ingin berbicara harus diberi kesempetan.
g. Pemimpin
harus menjaga agar diskusi hanya berkisar pada masalah, tidak boleh ada argumentatio ad hominem. Bila ada
peserta yang berbicara menyimpang dari
tema, maka dia harus memperingatkan atau membatasi. Apabila peringatan
itu tidak diperhatikan, maka dia dapat menghentikan pembicaraannya.
h. Apabila
diskusi berkembang menjadi pertentangan yang hebat, maka pemimpin dapat
mengehentikannya. Tidak semua orang yang mengangkat tangan harus diberi
kesempatan untuk berbicara. Oleh karena itu, sebaiknya sejak awal sudah
ditetapkan kapan diskusi harus ditutup.
i. Pada
akhir diskusi, setelah penceramah menyampaikan kata-kata penutup, pemimpin
dapat merangkumkan hasil diskusi lalu dapat menutup pertemuan.
5.
Proses
Diskusi
Setiap diskusi
pada umumnya melewati fase-fase seperti di bawah ini:
a. Fase
1: perkenalan dan ucapan selamat datang
b. Fase
2: pengantar ke dalam diskusi, pembatasan masalah, dan rumusan tujuan/sasaran
c. Fase
3: menciptakan situasi paling percaya.
d. Fase
4: penjelasan mengenai jalannya diskusi.
e. Fase
5: diskusi, pendaftaran nama peserta yang mau bertanya, pemberian kesempatan
bicara kepada peserta yang terdaftar, memperhatikan waktu bicara, merangkum dan
mengungkapkan kembali pendapat yang sudah diajukan, merumuskan tujuan yang
sudah tercapai, mencatat hal-hal yang penting, dan tawaran jalan keluar.
f. Fase
6: rangkuman, meringkaskan hal yang menjadi titik berat, menampilkan hal yang
telah disepakati bersama, membeberkan pendapat pro dan kontra, menawarkan jalan
keluar yang akan direalisasi, dan merangkum hasil diskusi.
g. Fase
7: penutup, rumusan penutup, ucapan terima kasih kepada para peserta atas kerja
sama yang telah dijalin, dan penghargaan atas hasil yang sudah dicapai.
h. Fase
8: pengolahan notulen
6.
Peserta
Diskusi
Setiap diskusi
memiliki sasaran yang berbeda sesuai dengan masalah yang dibicarakan. Oleh
karena itu juga memiliki suasana yang berbeda-beda. Tuntutan yang berlaku bagi
pemimpin diskusi pada dasarnya dapat juga berlaku bagi para peserta. Sikap para
peserta sangat mempengaruhi proses diskusi. Sikap agresif hendaknya
dihindarkan, terutama dalam diskusi bersama seorang ahli.
Dalam proses
diskusi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peserta adalah:
a. Masuklah
ke dalam ruangan diskusi agak lebih dahulu
b. Mendengar
dengan penuh perhatian adalah hal yang penting bagi setiap peserta diskusi
c. Informasi
itu efektif, apabila jelas dan sesuai dengan masalah yang didiskusikan
d. Apabila
rekan diskusi mengemukakan argumentasi yang sulit dimengerti dan pembuktiannya
tidak jelas, dapat dikemukakan pertanyaan untuk meminta penjelasan
e. Cara
yang sangat efektif juga adalah menuntut supaya rekan diskusi mendefinisikan
ide yang dilontarkan
f. Antara
satu argumentasi dengan argumentasi lain harus ada hubungan pikiran yang logis
g. Diskusi
harus bertumpu atas dasar kerekanan
h. Anjuran
bagi para peserta diskusi
i. Beranilah
mengambil resiko
j. Hindarkan
diri dari sikap ingat diri!
k. Bicaralah
tenang, lambat, tetapi pasti!
l. Yakinlah
bahwa setiap peserta juga sama penting!
B.
TANYA
JAWAB
1.
Pengertian
dan Bentuk Tanya Jawab
Tanya
jawab adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan orang
yang memberikan informasi. Pemberi informasi adalah seorang yang ahli karena
sipenanya mengharapkan informasi yang luas. Ada tiga bentuk tanya jawab, yaitu
interview, konverensi pers, dan tanya jawab pengadilan.
2.
Interview
Interview
adalah dialog antara peliput berita dengan tokoh terkemuka mengenai
masalah-masalah aktual atau masalah-masalah khusus yang menarik.
a. Persiapan
Interview
Supaya dapat
membuat interview yang baik dan terarah perlu di ketahui keterangan-keterangan
mengenai pribadi yang akan di interview dan tema. Orang yang bertanya harus
menguasai bahan. Pertanyaan harus di rencanakan dengan teliti. Pertanyaan
dirumuskan dengan bahasa yang baik dan jelas dan diucapkan dengan ramah,
sehingga tercipta suasana baik. Jawan yang menyimpang hendaknya ditanggapi
secara cepat.
b. Aturan
Interview
Beberapa
ketentusn yang perlu diperhatikan oleh penanya dan penjawab :
1) Penanya
harus mengenal pribadi yang ditanya
2) Penanya
hendaknya memperhatikan jalan fikiran atau hubungan logis antara
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
3) Untuk
tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanyan memberikan kuessioner kepada
orang yang di tanya sebelumnya.
4) Karena
hasil interview itu direkam atau di tulis secara stenografis
3.
Teknik
Bertanya
a. Fungsi
Pertanyaan
Pertanyaan
adalah impuls untuk mengaktifkan. Pertanyaan membantu untuk menjajagi,
mendirigasi dan mempengaruhi pendapat. Pertanyaan pada hakikatnya juga alat
untuk memberi sugesti dan dalam hal tertentu memiliki daya paksaan.
Ada dua belas
pertanyaan yang dapat membantu setiap orang untuk memulai suatu dialog yaitu
tentang:
1)
Masalah-masalah umum
2)
Hal-hal khusus sampai sekecil-kecilnya
3)
Pendapat seseorang
4)
Penilaian seseorang
5)
Keinginan kehendaknya
6)
Pengalaman-pengalamanya
7)
Pendidiksn seseorang
8)
Gambaran masa depan seseorang
9)
Masalah dan kecemasan hidup
10) Rekan
kerja
11) Sanak
– keluarga
12) Hobi
b. Jenis
Pertanyaan
Dalam ilmu
retorika ada berbagai macam pertanyaan yaitu :
1)
Pertanyaan informatif
2)
Pertanyaan untuk mengontrol
3)
Pertanyaan untuk menjebak
4)
Pertanyaan untuk mengaktifkan
5)
Pertanyaan Socrates
6)
Pertanyaan retoris
7)
Pertanyaan yang ofensif
8)
Pertanyaan untuk membuka masalah baru
9)
Pertanyaan untuk menutup pertanyaan
10) Pertanyaan
alternatif
11) Pertanyaan
balik
12) Pertanyaan
yang mendirigasi
13) Pertanyaan
provokatif
14) Pertanyaan
untuk membuka pembicaraan
DAFTAR PUSTAKA
P. D. W.
Hendrikus SVD. 1991. Retorika.
Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar