Jumat, 15 Mei 2015

DIALOGIKA (DISKUSI DAN TANYA JAWAB)



DIALOGIKA: DISKUSI DAN TANYA JAWAB

Bahasa adalah sarana komunikasi terpenting dalam dialog. Dialog tidak dapat terjadi tanpa bahasa. Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat.
Dialogika berarti ilmu tentang berbagai hakikat dari dialog dan penerapan praktis ilmu ini dalam pembicaraan antarmanusia. Dialogika terbagi atas dialogika spesialis dan dialogika generalis. Dalogika spesialis adalah pembicaraan antar dan bersama dua atau tiga orang atau dalam kelompok kecil (dengan peserta 3-4 orang). Dialogika generalis adalah segala bentuk tukar-menukar pikiran dalam kelompok yang lebih besar.

A.           DISKUSI
1.    Pengertian Diskusi
Berasal dari bahasa Latin “discuture”, yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas, diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam proses ini orang mengemukakan titik tolak pendapatnya, menjelaskan alasan dan hubungan antarmasalah. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Suatu diskusi tidak harus menghasilkan keputusan. Namun, sekurang-kurangnya pada akhir diskusi, para pendengar atau pemirsa memiliki pandangan dan pengetahuan yang lebih jelas mengenai masalah yang didiskusikan.

2.    Bentuk-bentuk Diskusi
Pembagian bentuk diskusi berdasarkan tujuan, isi, dan para peserta adalah sebagai berikut:
a.    Diskusi Fak
Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama di bawah bimbingan seorang ahli. Diskusi ini diselenggrakan pada akhir suatu ceramah atau makalah yang mengupas tentang suatu masalah dari bidang ilmu tertentu. Diskudi fak adalah suatu proses saling menukar pikiran dan pendapat untuk mencapai suatu pengetahuan yang lebih tinggi. Diskusi ini dapat membimbing para peserta kepada proses berpikir secara jelas untuk menemukan argumentasi yang tepat dan jitu. Lamanya waktu untuk berbicara dalam ceramah umumnya sudah ditetapkan. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan penyimpangan dari tema dan terutama untuk memaksa para peserta agar mengungkapkan pikirannya secara singkat, tetap, padat dan efektif.

b.    Diskusi Podium
Diskusi podium adalah penjelasan masalah oleh wakil dari berbagai kelompok dan pendapat atau diskusi yang diadakan oleh wakil-wakil terpilih bersama dengan atau tanpa plenum. Dalam diskusi podium masalah-masalah yang bersifat umum dijelaskan secara terbuka.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam diskusi podium adalah supaya setiap pembicara berbicara dari sudut pandangannya, sehingga menampilkan pandangan yang berbeda dari pembicara lain. Sebab diskusi podium menjadi lebih menarik apabila setiap pembicara mewakili pendapat yang berbeda dari kelompoknya. Moderator dapat memberikan kesempatan kepada para pendengar untuk mengajukan pertanyaan, setelah setiap pembicara menyampaikan pendapat atau pikirannya. Pertanyaan ditujukan kepada pembicara dari kelompok tertentu.

c.    Forum Diskusi
Forum diskusi adalah salah satu bentuk dialog yang sering dipergunakan dalam bidang politik. Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari beberapa bentuk dialog. Proses forum diskusi dapat berlangsung sebagai berikut: moderator membuka forum diskusi dengan menyampaikan selamat datang; membuka diskusi secara resmi; memperkenalkan pembicara (termasuk nama partai yang diwakili); mengajukan tema diskusi dan memberi kesempatan secara bergilir kepada para pembicara untuk pembicara. Para calon atau pembicara mengambil tempat pada sisi kiri dan kanan moderator; sebaiknya di atas podium atau pada tempat yang mudah dilihat oleh para pendengar. Para pembicara duduk menghadap publik.
Para pendengar adalah orang-orang yang mengemukakan pertanyaan. Sesudah setiap pertanyaan, moderator memberi kesempatan kepada seorang calon untuk mengungkapkan pikiran atau pendapatnya. Sesudah itu diberikan kesempatan kepada calon dari partai lain untuk menyampaikan pendapatnya menurut pandangan partainya. Proses yang sama ini berlaku untuk setiap pertanyaan. Moderator harus memperhatikan dalam memberikan kesempatan secara bergantian kepada masing-masing calon untuk menjawab pertanyaan.
Forum diskusi ini memiliki kadar demokratis yang sangat tinggi. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa orang harus tetap berpegang pada tema yang sedang didiskusikan. Di samping itu orang juga harus tetap berpegang pada tema yang sedang didiskusikan. Di samping itu orang juga harus membedakan masalah pribadi dari masalah yang dibicarakan.

d.   Diskusi Kasualis
Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atas suatu masalah konkret atau satu situasi konkret yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencari jalan keluar yang tepat. Demi kelancaran dapat diundang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping.

3.    Persiapan Diskusi
Dalam mempersiapkan diskusi ada tiga bidang yang perlu diperhatikan:
a.    Persiapan Bahan
Persiapan bahan atau isi pembicaraan suatu diskusi diawali dengan membatasi tujuan diskusi. Pembatasan tujuan ini mencakup sasaran dan pokok pikiran untuk kesimpulan, meskipun tidak mengandung isi konkret dari hasil yang ditargetkan. Berdasarkan tujuan diskusi perlu juga dibatasi pokok-pokok penting isi diskusi, sehingga proses diskusi dapat berjalan terarah. Apabila masalah yang didiskusikan itu penting, sebaiknya mengundang seorang ahli.
Kepada para peserta yang akan mengambil bagian dalam diskusi, diberikan informasi pada waktu mengenai bahan diskusi, sehingga mereka dapat menyiapkan diri. Bahan informasi untuk para peserta dapat dicantumkan sebagai lampiran dalam surat undangan yang disampaikan kepada mereka. Dalam surat undangan dijelaskan tema, tujuan diskusi, tempat, waktu berlangsung dan waktu diskusi.

b.    Persiapan Personal
Sejak awal hendaknya dipastikan ahli atau pakar dan jenis kelompok pendengar yang akan diundang untuk mengambil bagian dalam diskusi. Jumlah peserta yang ideal adalah 8-12 orang, meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk mengorganisasi diskusi dengan kelompok yang besar jumlah pesertanya. Kesulitan yang dapat muncul karena kelompok peserta yang besar adalah bahwa percaturan pendapat tidak dapat tejadi dengan setiap peserta. Sebagian akan menjadi pendengar yang pasif.
Jauh sebelumnya hendaknya dijelaskan kepada pakar yang ditunjuk tentang tujuan diskusi, peranannya dalam diskusi dan diberi informasi secukupnya mengenai jenis, tingkatan pendidikan dan harapan para peserta diskusi. Dengan ini dia dapat menyiapkan bahan yang sesuai dengan situasi dan harapan para peserta.

c.    Persiapan Ruangan
Dalam hubungan dengan persiapan ruangan, perlu diperhatikan aspek estetis (keindahan) fungsi dan cara duduk. Aspek-aspek ini sangat menentukan dalam diskusi. Untuk diskusi dengan jumlah yang tidak lebih dari 18 peserta, Schlenzka memberikan beberapa kemungkinan seperti model c yang berbentuk huruf U, para peserta tidak terbatas pada jumlah 10 orang, tetapi dapat diatur untuk peserta yang terlalu banyak jumlahnya. Schlenzka tidak memperhitungkan model pengaturan tempat duduk yang berbentuk lingkaran. Bentuk ini memungkinkan kontak yang lebih dekat dan langsung antara pemimpin diskusi dan peserta. Hanya jumlah peserta yang terbatas. Bentuk lingkaran memberi keuntungan yakni bahwa semua peserta yang duduk pada meja bundar atau dalam lingkaran, memiliki tingkat dan hak yang sama.

4.    Pemimpin Diskusi
Di bawah ini diberikan beberapa norma yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan:
a.    Pemimpin diskusi memegang kendali dalam diskusi. Dalam situasi tertentu tugas ini dapat diserahkan kepada orang lain yang dianggap mampu.
b.    Pemimpin membuka diskusi secara resmi. Para peserta tidak boleh berbicara tanpa melalui pemimpin. Ketenangan selama diskusi menjadi tanggung jawab pemimpin diskusi.
c.    Giliran berbicara diberikan menurut urutan orang yang mengangkat tangan. Tetapi pemimpin diskusi berhak mengatur sesuai dengan pendapat pro dan kontra untuk menjadikan diskusi lebih hangat.
d.   Pemimpin juga menentukan lamanya pembicaraan. Peserta yang berbicara lebih dari waktu yang ditetapkan harus diperingatkan atau distop.
e.    Selama diskusi tidak boleh mengubah tema. Apabila harus mengubah tema, maka pemimpin menjelaskan alasannya secara tuntas.
f.     Penceramah dapat selalu diminta untuk memberikan jawaban atau penjelasan, dan apabila dia ingin berbicara harus diberi kesempetan.
g.    Pemimpin harus menjaga agar diskusi hanya berkisar pada masalah, tidak boleh ada argumentatio ad hominem. Bila ada peserta yang berbicara menyimpang dari  tema, maka dia harus memperingatkan atau membatasi. Apabila peringatan itu tidak diperhatikan, maka dia dapat menghentikan pembicaraannya.
h.    Apabila diskusi berkembang menjadi pertentangan yang hebat, maka pemimpin dapat mengehentikannya. Tidak semua orang yang mengangkat tangan harus diberi kesempatan untuk berbicara. Oleh karena itu, sebaiknya sejak awal sudah ditetapkan kapan diskusi harus ditutup.
i.      Pada akhir diskusi, setelah penceramah menyampaikan kata-kata penutup, pemimpin dapat merangkumkan hasil diskusi lalu dapat menutup pertemuan.

5.    Proses Diskusi
Setiap diskusi pada umumnya melewati fase-fase seperti di bawah ini:
a.    Fase 1: perkenalan dan ucapan selamat datang
b.    Fase 2: pengantar ke dalam diskusi, pembatasan masalah, dan rumusan tujuan/sasaran
c.    Fase 3: menciptakan situasi paling percaya.
d.   Fase 4: penjelasan mengenai jalannya diskusi.
e.    Fase 5: diskusi, pendaftaran nama peserta yang mau bertanya, pemberian kesempatan bicara kepada peserta yang terdaftar, memperhatikan waktu bicara, merangkum dan mengungkapkan kembali pendapat yang sudah diajukan, merumuskan tujuan yang sudah tercapai, mencatat hal-hal yang penting, dan tawaran jalan keluar.
f.     Fase 6: rangkuman, meringkaskan hal yang menjadi titik berat, menampilkan hal yang telah disepakati bersama, membeberkan pendapat pro dan kontra, menawarkan jalan keluar yang akan direalisasi, dan merangkum hasil diskusi.
g.    Fase 7: penutup, rumusan penutup, ucapan terima kasih kepada para peserta atas kerja sama yang telah dijalin, dan penghargaan atas hasil yang sudah dicapai.
h.    Fase 8: pengolahan notulen



6.    Peserta Diskusi
Setiap diskusi memiliki sasaran yang berbeda sesuai dengan masalah yang dibicarakan. Oleh karena itu juga memiliki suasana yang berbeda-beda. Tuntutan yang berlaku bagi pemimpin diskusi pada dasarnya dapat juga berlaku bagi para peserta. Sikap para peserta sangat mempengaruhi proses diskusi. Sikap agresif hendaknya dihindarkan, terutama dalam diskusi bersama seorang ahli.
Dalam proses diskusi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peserta adalah:
a.    Masuklah ke dalam ruangan diskusi agak lebih dahulu
b.    Mendengar dengan penuh perhatian adalah hal yang penting bagi setiap peserta diskusi
c.    Informasi itu efektif, apabila jelas dan sesuai dengan masalah yang didiskusikan
d.   Apabila rekan diskusi mengemukakan argumentasi yang sulit dimengerti dan pembuktiannya tidak jelas, dapat dikemukakan pertanyaan untuk meminta penjelasan
e.    Cara yang sangat efektif juga adalah menuntut supaya rekan diskusi mendefinisikan ide yang dilontarkan
f.     Antara satu argumentasi dengan argumentasi lain harus ada hubungan pikiran yang logis
g.    Diskusi harus bertumpu atas dasar kerekanan
h.    Anjuran bagi para peserta diskusi
i.      Beranilah mengambil resiko
j.      Hindarkan diri dari sikap ingat diri!
k.    Bicaralah tenang, lambat, tetapi pasti!
l.      Yakinlah bahwa setiap peserta juga sama penting!

B.            TANYA JAWAB
1.    Pengertian dan Bentuk Tanya Jawab
Tanya jawab adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi informasi adalah seorang yang ahli karena sipenanya mengharapkan informasi yang luas. Ada tiga bentuk tanya jawab, yaitu interview, konverensi pers, dan tanya jawab pengadilan.

2.    Interview
Interview adalah dialog antara peliput berita dengan tokoh terkemuka mengenai masalah-masalah aktual atau masalah-masalah khusus yang menarik.
a.    Persiapan Interview
Supaya dapat membuat interview yang baik dan terarah perlu di ketahui keterangan-keterangan mengenai pribadi yang akan di interview dan tema. Orang yang bertanya harus menguasai bahan. Pertanyaan harus di rencanakan dengan teliti. Pertanyaan dirumuskan dengan bahasa yang baik dan jelas dan diucapkan dengan ramah, sehingga tercipta suasana baik. Jawan yang menyimpang hendaknya ditanggapi secara cepat.

b.    Aturan Interview
Beberapa ketentusn yang perlu diperhatikan oleh penanya dan penjawab :
1)   Penanya harus mengenal pribadi yang ditanya
2)   Penanya hendaknya memperhatikan jalan fikiran atau hubungan logis antara pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan
3)   Untuk tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanyan memberikan kuessioner kepada orang yang di tanya sebelumnya.
4)   Karena hasil interview itu direkam atau di tulis secara stenografis

3.    Teknik Bertanya
a.    Fungsi Pertanyaan
Pertanyaan adalah impuls untuk mengaktifkan. Pertanyaan membantu untuk menjajagi, mendirigasi dan mempengaruhi pendapat. Pertanyaan pada hakikatnya juga alat untuk memberi sugesti dan dalam hal tertentu memiliki daya paksaan.
Ada dua belas pertanyaan yang dapat membantu setiap orang untuk memulai suatu dialog yaitu tentang:
1)        Masalah-masalah umum
2)        Hal-hal khusus sampai sekecil-kecilnya
3)        Pendapat seseorang
4)        Penilaian seseorang
5)        Keinginan kehendaknya
6)        Pengalaman-pengalamanya
7)        Pendidiksn seseorang
8)        Gambaran masa depan seseorang
9)        Masalah dan kecemasan hidup
10)    Rekan kerja
11)    Sanak – keluarga
12)    Hobi

b.    Jenis Pertanyaan
Dalam ilmu retorika ada berbagai macam pertanyaan yaitu :
1)        Pertanyaan informatif
2)        Pertanyaan untuk mengontrol
3)        Pertanyaan untuk menjebak
4)        Pertanyaan untuk mengaktifkan
5)        Pertanyaan Socrates
6)        Pertanyaan retoris
7)        Pertanyaan yang ofensif
8)        Pertanyaan untuk membuka masalah baru
9)        Pertanyaan untuk menutup pertanyaan
10)    Pertanyaan alternatif
11)    Pertanyaan balik
12)    Pertanyaan yang mendirigasi
13)    Pertanyaan provokatif
14)    Pertanyaan untuk membuka pembicaraan



DAFTAR PUSTAKA

P. D. W. Hendrikus SVD. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar