Jumat, 15 Mei 2015

PEMBICARA



PEMBICARA

            Pada umumnya, seorang pembicara di depan publik selalu menjadi pusat perhatian karena semua pandangan dan perhatian tertuju kepadanya. Apalagi bagi orang yang suka memperhatikan keistimewaan dan kelemahan orang lain. Perhatian yang bersifat negatif akan hilang apabila ia menawan hati pendengar karena memancarkan kekuatan, kejelasan, kehalusan, sikap yang penuh pertimbangan dan manusiawi. Seorang pembicara tidak perlu berpendidikan tinggi. Perhatian pendengar terhadap pembicara tergantung pada keterampilan berbicara, ketepatan berargumentasi dan daya meyakinkan yang dipancarkannya.

A.                Kepribadian Pembicara
            Unsur penting yang menentukan efektivitas komunikasi retoris adalah kepribadian pembicara. Faktor-faktor yang turut membentuk kepribadian seorang pembicara yang baik adalah sebagai berikut:
1.         Seorang pembicara hendaknya memiliki dasar pendidikan yang cukup dan pengetahuan umum yang luas.
2.         Seorang pembicara hendaknya memiliki rasa percaya diri dan kepastian sehingga mampu memancarkan kepastian.
3.         Cara dan bentuk pergaulan seorang pembicara hendaknya sesuai dengan tingkat orang-orang yang dihadapinya.
4.         Seorang pembicara hendaknya menyesuaikan cara berpakaian dengan tempat dan tingkat serta karakter pertemuan.
5.         Seorang pembicara hendaknya dalam penampilan senantiasa memperhatikan keapikan dan kebersihan.
6.         Seorang pembicara hendaknya jujur dan ikhlas dalam tutur kata dan tingkah laku.
7.         Seorang pembicara hendaknya bersemangat dan mampu memberi semangat.
8.         Seorang pembicara hendaknya dalam berbicara ia memiliki artikulasi yang jelas.
9.         Seorang pembicara hendaknya memiliki daya bahasa yang meyakinkan karena merumuskan ungkapan yang tepat dan dialektis. Apabila memiliki spesialisasi, maka ia harus mampu menunjukkan kompetensi dan pengetahuan fak yang memadai.
10.     Seorang pembicara seharusnya memiliki daya yang kreatif dan berdaya cipta.
11.     Seorang pembicara harus tahu tenggang rasa dan memperhatikan sopan santun.
12.     Seorang pembicara hendaknya dalam setiap penampilan ia bersikap sederhana, tetapi menarik dan asli.
13.     Seorang pembicara hendaknya senantiasa berusaha mengenal situasi masyarakat, khususnya para pendengarnya.
14.     Cara hidup seorang pembicara hendaknya memiliki disiplin yang tinggi dan taat pada aturan.
15.     Seorang pembicara hendaknya sanggup mengarahkan dan membimbing sesama.
16.     Seorang pembicara hendaknya memiliki kesabaran, tetapi penuh pertimbangan dan rasional dalam berbicara dan bertindak.

Untuk mencapai sukses yang besar memang sukar, tetapi mencapai kepribadian jauh lebih sukar. Untuk  mempertinggi penampilan yang menarik, diberikan beberapa anjuran dan nasihat yaitu sebagai berikut:
1.    Mencari orang besar yang dapat dijadikan contoh atau model.
2.    Membuat suatu daftar kelemahan pribadi sebagai patokan dalam usaha untuk mengurangi atau menghilangkannya.
3.    Mencari dan mengambil pengetahuan baru.
4.    Melatih pikiran dan kesanggupan berkonsentrasi.
5.    Memperluas perbendaharaan kata.
6.    Membaca buku-buku yang baik.
7.    Lebih baik belajar mendengar.
8.    Memperhatikan manusia secara teliti.
9.    Mempelajari bahasa asing.
            Untuk  membina kepribadian, di bawah ini disertakan beberapa patokan:
1.    Publik tidak akan memberikan kepercayaan kepada seorang pembicara secara cuma-cuma. Dia sendiri harus memperolehnya lewat usaha yang keras.
2.    Rasa pasti seorang pembicara menentukan juga rasa pasti penampilannya.
3.    Orang tidak dapat menghilangkan kelemahan-kelemahan manusiawinya, kalau orang itu tidak mengenal kelemahan itu atau kalau orang lain tidak memberitahukannya.
4.    Lebih gampang untuk mengenal sepuluh kesalahan dan kelemahan pada orang lain, daripada mengenal kesalahan dan kelemahan pada diri sendiri.
5.    Tampillah secara meyakinkan, bukalah mulut, bicara dan berhentilah dengan segera.
6.    Siapa yang tergelincir karena lidah dapat meghancurkan dirinya sendiri.

B.                 Pembicara, Tempat, dan Ruangan
1.                  Tempat berpidato
            Situasi sekitar dan atmosfer adalah dua hal yang penting bagi pembicara. Ia harus merasa senang dengan sekitarnya, sebab rasa senang dengan sekitar ini memberi dia rasa pasti dan ketenangan. Oleh karena itu, pembicara dan pemimpin acara perlu sekali bersama-sama meninjau tempat berpidato. Pembicara harus menempatkan diri sedemikian rupa, sehingga pendengarnya memiliki tempat yang baik untuk bisa melihat dan mendengar suaranya. Jadi, seorang pembicara haruslah memperhatikan:
1)   Tidak boleh terlalu jauh dari pendengarnya.
2)   Tidak boleh terlalu tinggi melampaui kepala pendengar (berarti panggung yang terlalu tinggi itu kurang baik).
3)   Pandangannya tidak boleh melawan matahari atau cahaya.
4)   Di belakang pembicara tidak boleh ada faktor-faktor yang dapat mengganggu dan tidak boleh ada jendela atau pintu.
5)   Tempat berdiri dan mimbar sebaiknya tertutup, terlindung artinya tidak boleh ada jalan lewat bagi para pendengar.
2.                  Ruangan pidato
            Sering kali terlalu banyak orang dikumpulkan dalam ruangan yang sempit. Orang berhimpit-himpitan. Mereka merasa, diri mereka seperti barang yang dimasukkan ke dalam gedung. Dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu: (1) uangan pidato tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil dan (2) ruangan yang hanya setengahnya terisi oleh pendengar juga kurang baik untuk berpidato.
            Orang yang tinggal di dalam ruangan, membutuhkan juga zat pembakar. Oleh karena itu, harus diperhatikan juga ventilasi ruangan. Ruangan besar dapat pempengaruhi rasa takut dan cemas pembicara. Semakin besar ruangan, maka kecemasan utnuk berbicara pada awal semakin besar. Hal ini akan tampak dalam bahasa si pembicara. Maka dari itu bila harus berbicara dalam ruangan besar harus diperhatikan: (1) bahwa pembicara bisa melihat semua pendengarnya, (2) bahwa ia dapat dilihat oleh semua pendengar, dan (3) bahwa tidak boleh ada orang yang duduk atau berdiri di belakang tiang tengah ruangan.
            Di samping itu ruangan dan sekitarnya yang akan dipergunakan akan dipersiapkan, seperti:
1)        Gambaran tentang rumah/ gedung tempat berbicara.
2)        Jaraknya dari stasiun, lapangan terbang, dari tempat kediaman.
3)        Jumlah tempat parkir.
4)        Tempat menggantungkan mantel atau menitipkan barang.
5)        Kemungkinan-kemungkinan menjadi gelap.
6)        Akustik dan resonansi ruangan.
7)        Penerangan.
8)        Pintu, jendela dan kemungkinan ventilasi udara.
9)        Tempat berdiri pembicara.
10)    Hiasan.
11)    Tiang-tiang tengah yang dapat menghalangi penonton melihat pembicara atau sebaliknya.
12)    Cara dan urutan duduk.
            Supaya bisa berhasil dalam membawakan pidato di dalam ruangan besar, ada tujuh ketentuan yang perlu diperhatikan:
1)   Sesuaikan diri dan suara anda dengan pendengar yang berdiri paling jauh.
2)   Bicara dnegan tempo yang lambat.
3)   Perhatikan konsonan-konsonan tajam.
4)   Pengeras suara harus cukup baik.
5)   Resonansi yang lebih besar.
6)   Mengucapkan dengan jelas suku kata terakhir juga bunyi double (diftong).
7)    Bunyi sengau diperkeras dan memperluas bunyi vokal.

C.                Tujuan Pidato dan Analisis Pendengar
            Tujuan pidato dan analisis pendengar adalah dua faktor yang penting dalam retorika. Sebelum berpidato atau membawakan ceramah hendaknya digariskan: apa yang mau dicapai para pendengar. Pidato atau ceramah itu berhasil kalau pikiran dan ide ceramah itu diterima oleh para pendengar dan dengan itu mendorong mereka untuk bertindak dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk itu orang harus menganalisis situasi pendengar. Ada empat bidang analisis yang sangat penting:
1)   Harapan dan tujuan dari orang yang memberikan tugas untuk berpidato atau berceramah.
2)   Harapan penceramah dan tujuan yang mau dicapainya.
3)   Harapan dan keinginan/kebutuhan para pendengar sendiri.
4)   Organisasi pada umumnya dan tempat membawakan ceramah/pidato.

1.                  Sebelum Menerima Tawaran
            Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini hendaknya dipertimbangkan sebelum anda menerima suatu tawaran untuk membawakan ceramah atau pidato:
1)        Mengapa saya harus membawakan ceramah, pidato atau wejangan ini?
2)        Apakah saya dianjurkan untuk menjadi penceramah? Oleh siapa?
3)        Apakah ceramahku ini sebagai satu kesempatan baik atau sebagai satu perangkap?
4)        Apakah saya akan mendapat hasil yang baik lewat ceramah ini, atau mungkin mengalami kegagalan?
5)        Bahaya dan risiko apa yang harus saya perhitungkan?
6)        Apakah saya mengenal harapan dan kebutuhan pendengar dan segala persyaratan organisatoris?
7)        Apakah saya memiliki kemampuan yang perlu dan prasyarat-prasyarat untuk membawakan masalah ini dalam ceramah?
8)        Apakah saya memiliki waktu cukup untuk mendalami bahan ini?
9)        Secara tematis, apakah saya boleh menerima tawaran ini?
10)    Apakah saya memiliki pengetahuan mengenai bidang ini, sehingga bisa menyajikan sesuatu kepada para pendengar?

2.                  Menganalisis Situasi dan Kebutuhan Pendengar
Analisis situasi dan kebutuhan pendengar sebelum menyiapkan ceramah atau pidato akan menghindarkan anda dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu:
a.    Pertanyaan yang Dapat Dipergunakan Menganalisis Situasi Pendengar
1)        Apakah para pendengar datang atas kehendaknya sendiri atau mereka didatangkan?
2)        Apakah ada konkuren pribadi di antara pendengar?
3)        Apakah para pendengar ini memiliki sikap batin yang positif atau negatif terhadap saya?
4)        Apakah ada orang-orang besar yang berkedudukan atau berpangkat tinggi juga hadir di dalam kesempatan ini?
5)        Apakah barangkali ada juga prasangka dari pendengar yang harus diperhitungkan?
6)        Apakah para pendengar tidak memiliki banyak/cukup waktu?
7)        Apakah pendengar terdiri dari satu kelompok atau dari berbagai kelompok yang berbeda-beda?
8)        Pengetahuan dasar mana yang dimiliki pendengar?
9)        Bagaimana situasi yang sekarang dihadapi dan bagaimana gambaran situasi baru yang akan dicapai?
10)    Bagaimana sikap mereka terhadap ceramah?
11)    Apakah mereka memiliki minat/interese khusus? Yang mana?
12)    Kesulitan-kesulitan mana yang harus diperhitungkan?
13)    Bagaimana kira-kira jenjang usia pendengar?
14)    Bagaimana sikap pendengar pada umumnya terhadap tema yang mau dibawakan?
15)    Masalah-masalah utama mana yang sedang dihadapi pendengar?
16)    Apa yang diharapkan pendengar?
17)    Bagaimana pendengar bisa mempraktikkan apa yang meraka dengar dalam hidup hariannya?
18)    Apakah ceramah ini sesuai dengan tingkat pengetahuan pendengar?
19)    Apakah pendengar lebih berorientasi pada bidang perasaan atau bidang intelek?
20)    Apakah di antara para pendengar ada tenaga-tenaga spesialis?
21)    Keberatan umum apa yang dapat muncul?
22)    Apakah pendengar sudah pernah mendengar ceramah semacam ini?
23)    Apakah anda mengenal cara berpikir pendengar?
24)    Kalau pendengar terdiri dari berbagai macam kelompok: kelompok mana yang lebih dominan dari antara pendengar ini? (anak-anak, orang dewasa, wanita, pria, mahasiswa/mahasiswi?)

b.   Kemugkinan-kemungkinan Harapan Pendengar
1)        Dalam Soal Organisasi
            Secara organisatoris dapat terjadi bahwa para pendengar mengharapkan:
a)    Untuk memulai dan menutup pidato pada waktunya (ketepatan).
b)   Supaya taat kepada waktu yang sudah dipersiapkan.
c)    Supaya diberi waktu yang cukup untuk bias mencari fakta dan data.
d)   Supaya diberi istirahat sejenak untuk merokok atau minum. Tempat duduk yang baik sehingga gampang menulis. Suhu ruangan yang menyenangkan.
e)    Supaya bebas dari gangguan dan keributan.

2)        Dalam Soal Bentuk Pidato
            Dari segi bentuk pidato, harapan pendengar dapat berupa:
a)    Kalimat yang pendek.
b)   Pembeberan atau uraian yang lugas dan berdasarkan fakta.
c)    Sedapat mungkin aplikasi dan konkretisasi melalui media teknik.
d)   Isi dan bentuk yang sesuai dengan situasi pendengar.

3)   Dalam Soal Cara Berpidato
Dalam hubungannnya dengan cara membawakan, pendengar dapat mengharapkan:
a)    Cara pembeberan yang menarik.
b)   Yang menumbuhkan kepercayaan.
c)    Yang memancarkan simpati.
d)   Sebaiknya berbicara bebas dan bukan terikat pada teks.
e)    Supaya tidak memberi kesan sombong.
f)    Supaya menampilkan juga humor yang segar.
g)   Penampilan yang asli dan manusiawi.
h)   Pembeberan yang bergaya percakapan atau dialog.

3.                  Tema Pidato
Pembicara atau penceramah sendiri harus memiliki gambaran yang jelas mengenai tema yang akan dibawakannya. Pertanyaan-pertanyaan penuntun di bawah ini dapat dipergunakan:
a.    Tema apa yang mau dibicarakan?
b.    Berapa banyak waktu yang akan dipergunakan untuk mempersiapkan?
c.    Isi pokok mana yang diharapkan atau dikehendaki?
d.   Titik berat mana yang harus ditekankan di dalam pidato ceramah?
e.    Bagaimana caranya menyampaikan bahan itu? Sebagai pidato ceramah atau sebagai satu pembeberan?
f.     Apakah sebaiknya tema diperjelas dengan alat-alat peraga? Adakah alat-alat peraga untuk itu?
g.    Apakah dituntut bahwa pembicara membawakan dengan mempergunakan teks atau sebaiknya berbicara bebas tanpa teks?

4.                  Tujuan Pidato
Juga pertanyaan yang bersangkutan dengan tujuan pidato atau ceramah dipertimbangkan secara teliti:
a.    Apakah saya mau memberikan informasi kepada para pendengar?
b.    Ataukah saya mau melatih para pendengar?
c.    Mungkin juga satu diskusi yang bersifat mengajar lebih cocok: (ehrgesprach)
d.   Ataukah saya ingin membawa para pendengar untuk mengambil satu keputusan?
e.    Apakah saya mau menggubris satu masalah (sachlich sprechen) atau akan menggerakkan hati dan perasaan mereka?

D.                Rasa Takut dan Cemas Sebelum Berpidato
Rasa takut dan cemas sebelum berpidato ini tidak bisa dihilangkan sama sekali, sama halnya cinta yang murni tidak bisa tanpa sedikit perasaan curiga. Seorang yang pandai berbicara dapat mengurangi rasa cemas dan takut itu, sehingga tidak ada lagi beban yang melumpuhkan. Namun, itu sebagai aba-aba supaya orang bisa mencapai hasil yang lebih baik.
Bila orang sama sekali tidak memiliki rasa cemas dan takut, maka mudah sekali ia akan menjadi sombong, tanpa perasaan, terlalu menganggap dirinya hebat, ia juga akan kurang mempedulikan situasi dan kebutuhan pendengar/publiknya, dan justru di sanalah terletak bahaya kegagalan dalam berpidato.

1.                  Apa yang Dialami oleh Orang-orang Profesional
Penyakit ini menghinggapi semua orang professional yang sering tampil di depan publik televise. Sesudah bertahun-tahun tampil di depan kamera, mikrofon dan lampu sorot, rasa takut dan cemas ini dapat lenyap. Tetapi untuk menghilangkannya, tidak ada satu resep. Redaktur Welt am Sonntag membuat satu interview kepada para bintang televise, bagaimana mereka menenangkan dirinya sebelum tampil. Hasilnya dirangkum di bawah ini:
ALFRED BIOLEK, moderator siaran TV, Jerman Barat:
Satu jam sebelum siaran langsung, seluruh tubuhku basah. Saya bicara begitu cepat seperti Dieter Thomas Heck dan saya merokok begitu banyak seperti Rudi Carrel. Rasa takut dan cemasku berangsur-angsur lenyap, kalau saya makan sedikit roti dan wurs. Sesudahnya itu saya minum segelas sekt. Dengan ini saya merasa diriku tidak mungkin terkalahkan. Yang penting juga buat saya ialah bahwa saya bercakap-cakap dengan para tamu studio dan siaranku sebelum memulai siaran dan sangat membantu.”
CATERINA VALENTE, seorang penyanyi:
Rasa takut dan cemas itu menghantui saya sejak pertama karirku seperti seekor anjing yang setia. Dan ini semakin kuat, bila orang menjadi semakin tua dan harus tampil secara rutin. Saya sudah mencoba dengan segala macam cara untuk melenyapkannya: dengan minum sekt, tidur, atau pesiar. Sekarang ini saya minta kawan-kawan dan kenalan untuk menceritakan kepada saya lelucon sebelum siaran dimulai. Dan ini cukup membantu.”

2.                  Sebab-sebab Utama Rasa Takut dan Cemas
            Ada banyak alasan yang menyebabkan orang merasa takut sebelum tampil, seperti:
1)        Takut ditertawakan.
2)        Takut berhenti di tengah pembicaraan karena kehilangan jalan pikiran.
3)        Takut akan orang yang lebih tinggi kedudukannya di antara pendengar.
4)        Takut karena tidak menguasai tema.
5)        Takut membuat kesalahan.
6)        Takut karena situasi yang luar biasa.
7)        Takut mendapat kritik.
8)        Takut kalau tidak bias dimengerti.
9)        Takut bahwa ceramah tidak lancar.
10)    Takut bahwa ungkapannya jelek dan tidak jelas.
11)    Takut mengemukakan pendapat yang diwakili oleh kelompok minoritas.
12)    Takut kehilangan muka.
13)    Takut akan mendapat pengalaman yang jelek.
14)    Takut bahwa kesalahan-kesalahan tidak bias diperbaiki lagi.
15)    Takut tidak akan menanggapi pertanyaan pendengar secara memuaskan.
16)    Takut karena membandingkan dengan pembicara lain yang lebih baik.
17)    Takut kehilangan jalan pikiran yang jelas.
18)    Takut bahwa akan ditertawakan, karena aksen yang salah.
19)    Takut akan berbicara lebih daripada waktu yang sudah ditetapkan.
20)    Takut bahwa harapan pendengar tidak dipenuhi.
21)    Takut akan kemacetan teknis.
22)    Takut mengecewakan pendengar.
23)    Takut bahwa akan direkam atau difilmkan.
24)    Takut bahwa gerak tubuh dan mimic tidak sepadan.
25)    Takut akan begitu banyak mata pendengar yang memandangnya.

3.                  Cara Mengatasi Rasa Takut dan Cemas
Caranya Mengatasi Rasa Takut dan Cemas? Yang penting ialah persiapan yang teliti. Kalimat pertama dan terakhir harus dapat dihafal. Oleh karena itu, perlu sekali:
1)        Membina kontak mata dengan pendengar sebagai feedback.
2)        Mengembangkan aktivitas dari/pada mimbar.
3)        Jangan melambungkan tujuan terlalu tinggi.
4)        Menganggap pendengar sebagai kawan, bukan lawan.
5)        Di samping itu, pikirlah bahwa anda pasti tidak akan bisa memuaskan semua orang.
6)        Tugasmu ini harus dianggap sebagai kesempatan untuk membuktikan diri dan bukan ujian atau percobaan.
7)        Kalau toh ada kegagalan, maka anggaplah tidak terlalu tragis.
8)        Kegagalan hendaknya dianggap sebagai kemenangan yang tertunda.
9)        Berusahalah untuk menenangkan diri dan batin lewat pernafasan yang baik.
10)    Pilihlah tema yang baik dan tepat bagi pendengar.
11)    Buatlah jeda di tengah pembicaraan.
12)    Perhatikan pendengar yang dengan penuh perhatian mengikuti ceramah anda.
13)    Bacalah dengan suara keras dan jelas agar anda bisa mendengar suara sendiri.
14)    Pendengar tidak menentang anda, mereka hadir untuk mendengar ceramah.
15)    Ingatlah kalimat: “Saya harus! Saya mau! Saya sanggup!”
16)    Pepatah Cina: “Satu perjalanan yang 1000 km jauhnya, mulai juga dengan langkah pertama.
17)    Ingatlah bahwa segala keberhasilan di dalam hidup ini selalu diawali rasa takut.
18)    Tenangkanlah dan lenturkanlah diri anda lewat latihan dan sugesti pribadi.

4.                  Persiapan Jangka Panjang untuk Mereduasi Rasa Takut dan Cemas
1)   Nasihat-nasihat praktis.
2)   Menghilangkan rasa takut dan cemas lewat motivasi diri dan latihan.
3)   Rasa takut sebelum penampilan.
4)   Rasa takut dan cemas waktu penampilan.

DAFTAR PUSTAKA

P. D. W. Hendrikus SVD. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.

1 komentar: