Jumat, 15 Mei 2015

ALASAN UNTUK MEMPELAJARI RETORIKA, SEJARAH RETORIKA DAN RETORIKA SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI



ALASAN UNTUK MEMPELAJARI RETORIKA, SEJARAH RETORIKA
DAN RETORIKA SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI

A.           ALASAN UNTUK MEMPELAJARI RETORIKA
            Di dalam masyarakat umumya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh, yang memiliki kepandaian dalam berbicara. Keterampilan mempergunakan bahasa atau kepandaian berbicara secara efektif di bidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian dan bidang sosial, sangat diandalkan. Menguasai kesanggupan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan orang-orang terkenal di dalam sejarah dunia seperti Demonthenes, Socrates, J. Caesar, St. Agustinus, St. Ambrosius, Martin Luther King, J.F. Kennedy, Soekarno, dan lain-lain.
            Dalam sejarah dunia justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan instrumen utama untuk mempengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain. Ketidakmampuan mempergunakan bahasa, sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah atau pikiran akan membawa dampak negatif dalam hidup dan karya seorang pemimpin. Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang-bidang di bawah ini:
1.             Kemampuan Pribadi
            Menguasai ilmu retorika dan keterampilan telah mempergunakan bahasa secaa tepat, dapat meningkatkan kemampuan pribadi orang yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungannya antara lain:
a.         Rasa tertekan, tegang, takut dan cemas di depan publik dapat dikurangi atau dilenyapkan.
b.         Rasa pasti terhadap diri dapat dipupuk dan bertumbuh.
c.         Kesadaran dan kepercayaan terhadap diri dapat semakin bertambah.
d.        Dia dapat mengalami perkembangan dalam hal teknik bersuara.
e.         Artikulasi dalam pengungkapan dalam mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas.
f.          Bahasanya dapat memiliki daya persuasi.
g.         Lewat komunikasi retoris kemampuan pedagogis dan psikologis dapat dibina.
h.         Kemampuan untuk berbicara secara spontan (improvisasi) dapat dikembangkan.
i.           Kemampuan untuk memberi motivasi dapat dipertinggi.
j.           Dapat menjadi lebih terampil dan cekatan dalam mengemukakan dan mempertahankan pendapat atau ide.
k.         Dapat memperluas perbendaharaan kata.
l.           Dapat mengkoordinasi dengan lebih mudah mimik dan gerak-gerik selama berbicara atau berdialog.
m.       Kesediaan untuk mendengarkan orang lain dapat dikembangkan.
n.         Keterampilan untuk mengolah artikel dapat dikembangkan.

2.             Keberhasilan Pribadi
            Orang yang menguasai ilmu retorika dan terampil dalam mempergunakan bahasa, dapat mengalami banyak sukses dalam hidup dan karyanya, antara lain:
a.         Mengalami kemudahan dalam proses berkomunikasi.
b.         Baginya terbuka kesempatan dan kemungkinan yang lebih luas untuk mendapat kerja.
c.         Dapat lebih berhasil dalam usaha-usaha pribadi.
d.        Lebih mudah mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain.
e.         Memperoleh kemungkinan lebih besar untuk menarik pengaruh.
f.          Pengertian terhadap orang lain semakin terbina.
g.         Dapat terbina sikap batin yang positif terhadap sesama dan dunia sekitar, yang dapat memperbesar sukses dalam hidup dan karyanya.

3.             Tugas dan Jabatan
Dalam mengemban suatu tugas atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat memberi keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a.         Orang dapat mengemukakan pikiran secara singkat juga padat, sehingga mudah meyakinkan orang lain.
b.         Orang memiliki keterampilan dan kekuatan dalam mempertahankan pikiran atau pendapat.
c.         Orang dapat membina relasi yang menguntungkan dengan organisasi, perusahaan, institut atau partai-partai politik.
d.        Penguasaan yang lebih baik tentang seni membawakan ceramah atau pidato dalam situasi atau kesempatan-kesempatan penting.
e.         Membantu dalam memperluas orientasi dan wawasan pribadi.
f.          Mempertinggi keterampilan para produsen untuk menjual dan menawarkan hasil-hasil produksinya.
g.         Memperluas pengetahuan, khususnya mengenai sumber-sumber informasi.
h.         Memperkecil kemungkinan kesalahan komunikasi, yang dapat membawa dampak negatif bagi tugas dan jabatan.

4.             Kehidupan pada Umumnya
Secara umum, penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan-keuntungan di bawah ini:
a.         Memberi kesempatan dan kemungkinan untuk mengontrol diri.
b.         Dalam proses komunikasi yang sering, orang dapat menjadi semakin terbuka terhadap diri sendiri dan orang lain.
c.         Menghantar orang yang bersangkutan ke dalam bidang interese yang baru.
d.        Mengaktifkan dan mengembangkan kesanggupan-kesanggupan laten (tersembunyi dan terpendam, tetapi mempunyai potensi untuk muncul).
e.         Lewat proses komunikasi retoris dapat terbina sikap objektif dan toleran.
f.          Menjadi lebih lincah dalam pergaulan dan komunikasi antar manusia.

B.            SEJARAH RETORIKA
            Pada tahun 467 SM, Korax seorang Yunani dan muridnya Teisios (keduanya berasal dari Syrakuse-Sisilia) menerbitkan sebah buku yang pertama tentang retorika. Retorika sebagai seni dan kepandaian berbicara, sudah ada dalam sejarah jauh lebih dahulu. Misalnya, dalam kesusasteraan Yunani kuno, Homerus dalam Ilias dan Odyssee menulis pidato yang panjang. Juga bangsa-bangsa seperti Mesir, India dan Cina sudah mengembangkan seni berbicara jauh hari sebelumnya.
            Secara sistematis ilmu retorika memang pertama-pertama dikembangkan di Yunani. Pembeberan sistematis yang pertama mengenai kepandaian berbicara dalam berbahasa Yunani dikenal dengan nama: Techne Rhetorike, yang berarti ilmu tentang seni berbicara. Perkembangan ilmu retorika akan diuraikan di bawah ini:
1.             Zaman Yunani Kuno
Unsur-unsur ilmu retorika sudah dikembangkan di Yunani, sebelum buku yang ditulis oleh Korax dan Teisios diterbitkan. Sejak abad ke-7 sampai ke-5 SM, sudah ada ahli-ahli pidato terkenal dalam kerajaan Yunani kuno seperti: Solon (645-560); Peisistratos (600-527) dan Thenustokles (525-460).
Seorang politikus dan negarawan yang juga menjadi seorang ahli pidato yang terkenal dalam zaman ini adalah Perikles (500-429). Para pengagumnya mengatakan bahwa dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau bertahta di atas lidahnya. Perikles sebagai seorang ahli pidato tidak akan dilupakan oleh bangsa Yunani, berkat sebuah pidato yang diucapkanya bagi para pahlwan di kota Athena, yang kemudian diterbitkan oleh ahli sejarah Thukydides. Sekitar akhir abad ke-5 SM, muncul lagi beberapa ahli pidato yang sangat dikagumi seperti Alkibiades, Theramenes dan Kritios.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara di dalam ruang pengadilan, tetapi sesudah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika. Usaha ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Silisia, di mana kekuasaan tiran mulai punah dan di mana kebebasan berbicara mulai dijunjung tinggi. Usaha yang sama segera dikembangkan di kota Athena dan di seluruh kerajaan Yunani. Sejak abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika dalam wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Dengan itu retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika dalam abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Ia menjadi kesenian untuk membina dan memimpin manusia. Beberapa ahli pidato pada masa ini adalah Gorgias dari Leontinoi (485-380); Protagoras dari Abdera (480-410) dan Thrasymachus dari Kalsedon (300-200). Selain itu, muncul juga ahli-ahli pidato lain seperti Socrates (470-399). Menurut Socrates, ahli filsafat, retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus mencari kebenaran dan bukannya mempermainkan kata-kata kosong. Muridnya bernama Aristoteles (384-322) sangat menghargai retorika sebagai partner yang otonom dari dialektika. Ia mengarang sebuah buku retorika yang terkenal dan masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap retorika dewasa ini. Ahli pidato yang terbesar sepanjang masa dari zaman Yunani kuno adalah Demosthenes (384-322). Dia adalah putra seorang Yunani yang menikah dengan wanita Skyth. Tentang Demosthenes dikatakan bahwa ia mengalami tekanan batin yang berat dan rasa takut yang besar. Tetapi berkat latihan yang tabah, ia dapat mengatasi segala kesulitan itu, sehingga akhirnya menjadi seorang retor yang terkenal. Setelah meninggal, warga kota Athena mendirikan satu tugu dan sebuah patung untuk memperingati dia. Pada tugu itu tertulis, “Hai Demosthenes, andaikan engkau memiliki cukup kuasa, seperti kebijaksanaanmu, maka tak pernah Raja Makedonia akan menjadi penguasa bangsa Yunani.” Setelah Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika Yunani kuno. Retorika hanya masih merupakan ilmu yang dipelajari di bangku-bangku sekolah.

2.             Zaman Romawi Kuno
Setelah kerajaan Romawi menguasai Yunani, terjadilah kontak antara kaum cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani, terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembang di Yunani. Oleh karena itu, pelajaran ilmu retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah. Apabila ada murid yang berbakat dalam hal berpidato, mereka dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat pengadilan di mana mereka sendiri langsung menyaksikan bagaimana sebuah pidato dibawakan secara bebas oleh seorang ahli di depan pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis ini, para murid melengkapi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Orang-orang Romawi yang terkenal adalah:
a.         Cato Senior (234-149)
Ia terkenal lewat pidatonya yang mengajak rakyat kekaisaran Romawi  untuk membinasakan kota Cartago di Afrika Utara. Judul  pidato itu Carthago delenda est. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh para retor dari Yunani yang hidup dan bekerja di kota Roma menjadi sangat besar di antara kaum muda yang ingin mempelajari ilmu retorika. Hal ini mencemaskan golongan konservatif di kota roma. Mereka berpendapat bahwa orang-orang Yunani dapat mempengaruhi dan memperlemah pendidikan dan mental kaum muda. Oleh karena itu, di bawah pemerintahan Konsulat Fannius dan Messala (161), Senat mengeluarkan satu keputusan untuk mengusir semua ahli filsafat dan retorika yang berkebangsaan Yunani. Cato salah seorang yang secara tegas menyokong kebijaksanaan ini, tetapi keinginan kaum muda untuk mempelajari filsafat dan retorika tidak dapat dibendung.
Sekitar abad ke-2 SM, akhirnya pemerintah Romawi memanggil kembali para retor Yunani ke Roma. Sejak itu mereka mendirikan sekolah retorika, di mana orang Yunani menjadi guru. Dengan ini, pengaruh helenistis mulai merembes kuat di kalangan Romawi. Sedangkan kaum muda dari Roma sering ke Yunani, terutama ke kota Athena dan pulau Rhodos, mempelajari ilmu filsafat dan reorika. Sejak saat ini, retorika berkembang pesat di Romawi.
Orang Romawi membina ilmu retorika dan dialektika yang cocok untuk para pembela perkara, pimpinan, pemerintahan dan kaum militer. Di kota Roma orang mulai menjajaki dan sadar bahwa ilmu retorika adalah salah satu wadah untuk menguasai massa (Herrschhftswissen).
b.        Marcus Tullius Cicero (106-44)
Hingga dewasa ini, Cicero tetap diakui sebagai ahli pidato terbesar dari kekaisaran Romawi. Pidatonya yang terkenal adalah pidato melawan Catilina (Contra Catilinam). Ia juga menulis mengenai teori berpidato yang sampai saat ini masih kuat mempengaruhi ilmu retorika. Sebelum Cicero masih ada beberapa ahli pidato seperti Tiberius, Caius, Graecchus, M.Anthonius, Q. Hortensius Hortulus, M. Licinius Crassus dan Cato Junior.
c.         Gaius Iulius Caesar (100-44)
   Caesar seorang diktator. Ahli Sejarah Suetonius menulis, “Dalam soal kepandaian berpidato dan berperang, Caesar adalah orang yang paling mahsyur dan tepat.” Pidato termasyur di hadapan para legioner yang daya tempur dan semangat juangnya sudah mulai pudar adalah sepenggal retorika yang paling baik dari seni menimbulkan motivasi secara psikologis dan juga menunjukkan betapa kuat daya sugesti Caesar yang mau mengakhiri negara Republik Romawi. 
d.        Quintilianus (35-100)
   Quintilianus seorang guru ilmu retorika. Dia seorang Romawi berasal dari Calagurris (Spanyol). Sesudah menyelesaikan studinya di Roma ia menetap di sana dan mendirikan sekolah retorika. Pada tahun 70, ia menerima pengakuan resmi dari Kaisar Vespasianus sebagai professor resmi ilmu retorika Kekaisaran Romawi, yang dibayar oleh negara. Ia berkecimpung kurang lebih 20 tahun dalam bidang ilmu retorika, sesudah itu mengundurkan diri dan hidup menyendiri. Masa ini Quintilianus menulis 12 buku sebagai pengantar ke dalam Ilmu Retorika (Institutio Oratoria). Karyanya ini masih terkenal hingga dewasa ini dan masih sangat mempengaruhi ilmu retorika masa kini. Runtuhnya Kekaisaran Romawi juga melenyaplah kejayaan retorika. Ilmu retorika sebagai wadah menguasai manusia, terhapus dari panggung politik zaman kuno.

3.             Abad Pertengahan
Dalam abad-abad berikutnya, ketika kekristenan semakin meluas, muncul banyak retor di kalangan orang Kristen. Mereka adalah bapak-bapak Gereja yang turut mengembangkan ilmu kepandaian berbicara lewat khotbah-khotbah di dalam gereja. Beberapa nama yang terkenal adalah:
a.         Tertulianus, hidup di antara tahun 150-230.
b.         Lactantius, hidup sekitar tahun 260-320. Ia digelari Cicero orang Kristen.
c.         Victorianus, yang hidup sekitar tahun 350, adalah seorang pembela dan guru ilmu retorika.
d.        Aurelius Agustinus (354-430), seorang bapak gereja yang terkenal. Sebelum bertobat menjadi kristen, dia adalah profesor ilmu retorika di kota Milan. Agustinus adalah seorang pengkhotbah terkenal pada zamannya, baik di Afrika Utara maupun di seluruh kekaisaran Romawi.
e.         Hironimus dari Striden (348-420), adalah bapak gereja yang paling terdidik. Dia juga berjasa dalam menerjemahkan Kitab Suci. Dia pada mulanya adalah pengagum Cicero, lalu menjadi pertapa. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk pemakluman Sabda Allah lewat tulisan dan khotbah.
f.          Yohanes Chrisostomus dari Konstantinopel (344-407). Ia dijuluki ‘Mulut emas’. Yohanes adalah seorang bapak gereja Yunani terbesar. Menurut dia, seni berbicara adalah medium untuk merebut hati pendengar dan mempengaruhi jiwa mereka. Ia mengatakan bahwa setiap khotbah adalah sama seperti aksi untuk menduduki jiwa pendengar. Bagi Yohanes seni berkhotbah sebenarnya adalah bentuk baru dari ilmu untuk menguasai massa.
            Di sekitar Perang Salib, kepandaian berbicara dan berkhotbah disalahgunakan. Ahli-ahli khotbah seperti Paus Urbanus ke-2, St. Bernadus dari Clairvaux atau Petrus dari Amiens, mendorong Perang Salib melalui khotbah-khotbah. Ordo dan konggregasi yang bertugas untuk berkhotbah, menyebarkan Sabda Allah melalui api dan pedang. Golongan muslim juga ikut menyalahgunakan kepandaian berbicara. Akibatnya, terjadi pertumpahan darah antara Umat Kristen dan Umat Islam.
            Sekitar akhir abad pertengahan ilmu berkhotbah berkembang pesat di bawah Ordo Dominikan. Pengkhotbah terkenal dari Ordo ini adalah Savonarola (1452-1498). Ia sangat terampil dalam menggunakan dialektika dan logika. Tentang kegiatan berkhotbahnya, dia sendiri mengatakan, “Kadang-kadang apabila saya turun dari mimbar, saya pikir: lebih baik saya tidak berbicara dan berkhotbah tentang hal ini, tetapi bersikap tenang saja dan membiarkan Tuhan sendiri mengaturnya. Tetapi apabila saya sudah berada di mimbar, maka saya tidak bisa berbuat lain daripada berbicara. Sabda Allah menjadikan hati dan seluruh anggota tubuhku sebagai api yang membara.” Karena dituduh mengajarkan hal-hal yang sesat, Savonarola dibakar.
            Selama abad pertengahan, penyelidikan  dan pendalaman ilmu retorika ditekan, sehingga perkembangan lanjut yang kreatif menjadi kerdil. Selain itu ilmu retorika, kepandaian berbicara pada zaman ini juga sering disalahgunakan di dalam gereja.

4.             Zaman Renaisans dan Humanisme
Di antara abad ke-14 dan ke-16 berkembanglah Renaisans di Italia. Sejalan dengan perkembangan ini, muncul juga suatu pemahaman baru terhadap zaman Romawi-Yunani kuno, sehingga ilmu retorika pun dikembangkan kembali. Perkembangan baru ini didorong oleh kaum republik, pimpinan pemerintahan dan para Kaisar di Italia. Seperti halnya kaum Sofis di Yunani, kelompok humanis berpindah dari satu Universitas ke Universitas yang lain; atau dari kota ke kota, dari istana ke istana, untuk memberikan ceramah mengenai zaman Romawi-Yunani kuno. Karya tulis-menulis berkembang pesat. Ahli-ahli pidato membawakan ceramah di mana-mana, menyiapkan pidato, menulis surat, mengadakan diskusi dan debat, mengajar anak-anak sekolah tentang teknik bebricara dan menulis buku-buku komentar mengenai ahli-ahli pidato dari zaman kuno. Juga diterbitkan buku-buku mengenai ilmu retorika, dialektika, seni sastra, filsafat dan pendidikan.

5.             Zaman Modern
Negara-negara yang berjasa untuk mengembangkan ilmu retorika dalam zaman-zaman modern adalah:
1)        Prancis
Tokoh-tokoh terkenal dari Prancis adalah:
a.                        Mirabeaus (1749-1791)
   Dia adalah ahli pidato terkenal. Ia menguasai teknik berdebat, memiliki suara yang jelas dan mimik yang menarik; pengungkapannya tajam dan logis.
b.                       Napoleon Bonaparte (1769-1821)
   Seorang diktator memiliki banyak bakat dan mengenal jiwa manusia secara teliti. Napoleon adalah seorang ahli pidato yang luar biasa. Menurut dia, kalimat yang dapat mempengaruhi pendengar adalah kalimat yang pendek dan yang seringkali diulang. Tetapi di luar lingkungan Angkatan Bersenjata, Napoleon menderita kompleks rendah diri di depan Senat dan wakil-wakil rakyat. Sebab itu pidatonya selalu ditulis jelas dan untuk mempertinggi efektivitas pidato ia mengikuti kursus ilmu berpidato pada Talma (1763-1826), seorang pemain teater dan guru ilmu retorika. Napoleon akhirnya hancur sendiri karena kelobaannya mencari kuasa.
c.                        Charles De Gaulle (1890-1970)
   Seorang Jenderal yang mengangkat suara dari tempat pengasingannya di London untuk mendorong rakyat Prancis supaya bertahan dalam tantangan. Ia adalah seorang ahli pidato yang bersifat kepahlawanan. Medium yang dipergunakan dalam pidato untuk menanam pengaruh di kalangan rakyat Prancis adalah Televisi.

2)        Inggris
Beberapa fase kejayaan ilmu retorika Inggris yang terkenal:
a.                       Masa Kejayaan Ratu Elisabet
   Di dalam masa ini, ilmu retorika berkembang jaya di daratan Inggris berkat pengaruh Humanisme. Thomas Wilson (Quintilianusnya orang Inggris), menulis sebuah buku standar berjudul, Seni Retorika (1553), yang terkenal di kalangan masyarakat Inggris. Seorang filsuf Francis Bacon (1561-1626), dalam bukunya Kemajuan dalam Belajar (Der Fortschritt des Lernens, 1605) memberikan penilaian mengenai ilmu retorika. Ia mengatakan, “Kebijaksanaan menciptakan nama dan ketakjuban, tetapi kepandaian berpidato dalam soal dagang dan kehidupan bernegara menciptakan efek yang jauh lebih besar.” Tokoh yang juga turut mengembangkan ilmu retorika dalam masa ini adalah penyair terkenal William Shakespeare (1564-1616). Dalam drama-dramanya, Coriolanus dan Julius Caesar, Shakespeare selalu memasukkan pidato-pidato politis.
b.                       Selama Revolusi Puritanis
   Ilmu retorika masa ini juga berkembang pesat. Tokoh terkenal dari masa ini adalah Oliver Cromwell (1599-1650). Dia adalah seorang diktator yang pandai mensugesti massa lewat pidato. Pidatonya yang terkenal adalah pidato peperangan melawan Spanyol yang diucapkan pada tanggal 17 September 1656. John Milton juga seorang penyair terbesar yang menguasai retorika (sintesis politik dan agama). Cromwell mempergunakan ilmu retorika dalam politik dan agama untuk mencapai tujuan politisnya.
   Sejak masa ini pengaruh Kitab Suci pada ahli-ahli pidato sangat besar. Hal ini tampak jelas pada Winston Churchill, J.F. Kennedy, John Wesley dan Billy Graham, yang dijuluki “Senapan mesin Tuhan”.
c.                        Masa Jaya antara Abad ke-17 dan ke-19
   Dalam abad ini muncul ahli pidato terkenal di Inggris. Tanpa orang-orang ini, sejarah demokrasi parlementaris di Inggris menjadi miskin. Ilmu retorika pertama adalah hasil dari suatu situasi politis. Perdebatan dalam parlemen pada masa itu menampilkan secara jelas kejayaan ilmu retorika. Tokoh-tokoh terkenal adalah William Pitt Senior dan Junior. William Pitt Junior adalah anak dari William Pitt Senior. Dalam umurnya yang ke-24, ia menjadi Perdana Menteri Kerajaan Inggris. Ia memiliki kepala dingin dan tampil sebagai ahli pidato improvisasi yang brilian. Ia terkenal dalam sejarah berkat pidato yang diucapkannya di hadapan DPR Inggris mengenai penghapusan perdagangan budak (1729). Tokoh-tokoh lain yang terkenal adalah Henry Fox (1705-1774); Edmund Burke (1729-1797) dan William Gerard Hamilton (1729-1796).
d.                       Masa Kejayaan Victoria
   Masa    ini merupakan masa peralihan dari gaya berbicara Aristokratis, kepada Demokratis. Pusat pembinaan ilmu retorika dalam masa ini adalah universitas-universitas seperti Oxford dan Cambridge. Pada masa ini terbentuk “Kelompok Debat” (Debating Spcieties). Banyak dari antara anggota kelompok diskusi dan debat ini telah menjadi pemimpin-pemimpin dalam bidang politik. Kelompok debat dilatih teknik berbicara, berpidato, berdiskusi, berdebat, memimpin diskusi atau bekerja menurut proses parlemen. Sekali dalam satu tahun diadakan ‘hari pidato’ di mana para siswa atau mahasiswa diberi kesempatan untuk membawakan pidato. Pada waktu itu praktik semacam ini belum dijalankan di dalam universitas-iniversitas lain di Eropa. Ciri khas ilmu retorika masa ini adalah bahwa mereka mempergunakan bahasa daerah (plain English) dan bukan bahasa Inggris standar. Retorika keluar dari parlemen dan istana, lalu menyebar luas di kalangan rakyat jelata.
e.                        Abad XX
   Masa ini disebut ‘Zaman Perak’ seni berpidato Inggris. Kenyataan yang diakui umum bahwa dalam situasi krisis nasional, selalu muncul tokoh-tokoh politik Inggris yang mantap dan sekaligus memiliki kepandaian berpidato secara meyakinkan. Dua tokoh utama adalah:
a)             David Loyd George (1863-1945)
Dia adalah seorang politikus dari Wales yang menampilkan ilmu retorika modern yang bersifat populer, karena berpidato untuk massa rakyat. Selama Perang Dunia pertama ia menunjukkan kesanggupan-kesanggupan demagogisnya yang meyakinkan. Pidato yang diucapkan mengenai Kehormatan Nasional mrupakan salah satu karya retoris yang terbaik selama perang. Sebagai Perdana Menteri, ia pernah menundukkan para pekerja tambang yang menjadi marah dan mengadakan pemogokan. Ia menduduki kursi Perdana Menteri antara 1916-1922). Dari puncak kekuasaan politis ini, ia manaklukkan para lawan politiknya lewat seni berpidato, dan justru penguasaan seni berbicara inilah juga yang sudah menghantar dia ke puncak keberhasilan.
b)             Winston Spencer Churchill (1874-1965)
Churchill  adalah seorang politikus Inggris terbesar dan yang mengalami dua Perang Dunia. Ia memiliki bakat bicara yang luar biasa. Sejak tahun 1940, ketika bangsa dan Tanah Airnya dilanda malapetaka, ia mendorong dan menguatkan hati rakyat Inggris melalui kepandaian retorisnya, supaya mampu bertahan dan memenangkan peperangan. Churchill adalah seorang ahli pidato bersifat kepahlawanan yang dimunculkan oleh Demokrasi Barat, khusunya Demokrasi Inggris dalam Perang Dunia kedua. Pidatonya yang terkenal, berjudul “Darah, Keringat dan Air-mata” (Blut, Schweiss und Traenen) yang diucapkannya pada tanggal 13 Mei 1940, menunjukan betapa ia menguasai teknik berbicara secara retoris. Ia mempergunakan kata-kata sebagi senjatanya yang ampuh. Pidato-pidatonya yang disusun dalam tujuh jilid, memberi kesaksian bahwa Winston Churchill adalah seorang ahli pidato terbesar dan seorang penyambung lidah rakyat Inggris termasyur pada abad ini.

3)        Amerika Serikat
a.                       Pada Masa Awal
   Tokoh-tokoh penting: Patrick Henry (1736-1799), seorang Gubernur dari negara bagian Virginia terkenal karena seruannya: “Kebebasan atau Kematian.” John Quincy Adams (1767-1848), presiden AS keenam dan profesor ilmu retorika. Thomas Jefferson (1743-1826), pemikir terbesar, menyusun dekrit tentang Kemerdekaan AS pada tahun 1776. James Monroe (1758-1831), presiden AS kelima, pencetus Doktrin Monroe disusun bersama John Quincy Adams. Doktrin ini dimaklumkan meyakinkan kepada Kongres tahun 1828.
b.                       Selama Perang Saudara (1861-1865)
   Secara historis, Perang Saudara ini menentukan hidup dan matinya AS sebagai satuan bangsa dan negara. Masalah yang pada waktu itu menjadi pokok percekcokan adalah penghapusan perdagangan budak di negara bagian selatan. Dalam situasi ini muncul beberapa ahli pidato terkenal seperti:
a)             Henry Clay (1777-1852)
Dia adalah seorang Senator dan anggota Kongres, seorang kompromis terkenal. Lewat seni berbicara ia menghindarkan perpecahan antara negara bagian utara dan selatan.
b)             John Calhoun (1782-1850)
Ia memiliki kepadaian berbicara, khususnya dalam diskusi dan debat. Bakat retorisnya sangat mebantu Henry Clay.
c)             Daniel Webster (1782-1852)
Seorang Senator dan Demagog terbesar pada masanya. Ia dijuluki “Demonthenesnya orang-orang Yankee”. Dalam pidato yang dibawakan pada tanggal 17 Maret 1850, ia mencoba dengan segala daya dan keterampilan retorisnya untuk meyakinlan rakyat Amerika, supaya tetap mempertahankan persatuan bangsa. Argumentasi Webster begitu kuat dan tidak pernah habis sehingga eseis Emerson pernah mengatakan tentang dia “Meriam yang persiapan amunisinya tidak habis-habis”. Seorang cendekiawan dari Havard University melukiskan daya sugesti retoris Webster sebagai berikut, “Belum pernah satu pidato begitu mengesankan saya. Tiga atau empat kali saya takut, jangan sampai jantung saya berhenti berdenyut. Kata-katanya begitu merasuki pembuluh darah saya... Saya menjadi begitu terpukau”.
d)            Abraham Lincoln (1809-1865)
Dia Presiden AS yang keenam belas. Pidatonya yang diucapkan dalam perdebatan dengan Senator Douglas dari Illinois mengenai penghapusan perbudakan, dapat dibandingkan dengan tese-tese yang dikedepankan Martin Luther pendiri Reformasi di Wittenberg. Pada tangal 1 Januari 1863, ia memaklumkan pembebasan bagi budak berkulit hitam. Salah satu pidatonya yang dibawakan ketika meresmikan Taman Pahlawan Gettysburg, tanggal 19 November 1863, adalah yang paling singkat, tetapi sangat berkesan dan tak pernah lagi akan dilupakan di dalam sejarah bangsa manusia. Pidato itu berakhir dengan kata-kata: “bahwa Pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat tidak akan lenyap dari muka bumi ini”.
Pada tanggal 4 Maret 1865, dalam pidato pelantikannya untuk masa jabatan Presiden yang kedua kalinya, ia menghimbau negara-negara bagian selatan Amerika Serikat, supaya jangan membalas dendam. Beberapa minggu kemuadian, ia mati ditembak.
c.                        Abad XIX-XX
   Tokoh-tokoh retorika yang terkenal dalam abad ini adalah:
a)             Theodore Roosevelt (1858-1919)
Dia Presiden AS yang kedua puluh enam. Seorang yang pandai mempergunakan kata-kata secara tepat dalam berpidato sehingga membawa dampak dan pengaruh besar terhadap pendengarnya. Tentang Terusan Panama yang pada waktu itu dipermasalahkan, ia mengatakan dalam satu pidatonya sebagai berikut, “Andaikan saya menanti putusan Kongres, maka mereka akan berdebat kira-kira lima puluh tahun lagi. Saya mengambil keputusan dan mulai membangun terusan ini. Sesudah itu saya akan menyerahkan kepada Kongres untuk diperdebatkan... tetapi bukan soal terusan, melainkan tentang cara saya bertindak. Saya menangani masalah terusan itu dan mebiarkan Kongres berdebat... sehingga selama perdebatan dalam Kongres mencapai kemajuan, pembangunan terusan juga mencapai kemajuan.” Theodore adalah juga seorang politikus yang memiliki taktik yang besar dalam masalah luar negeri.
b)             Franklin Delano Roosevelt (1882-1945)
Presiden AS yang ketiga puluh dua. Tahun 1933 terjadi krisis ekonomi dunia yang juga menimpa AS. Dalam situasi ini ia tampil dalam pemilihan presiden. Karena kalimatnya: “Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri.” Kalimat ini memiliki dampak psikologis yang tinggi. Dengan kalimat ini ia menghapuskan rasa takut pada hati banyak rakyat Amerika dan dengan itu ia membangun semangat dan rasa percaya diri pada mereka. Sesudah menjadi presiden, dalam seratus hari awal masa jabatannya, ia sudah mengatasi krisis ekonomi di AS. Hal ini terjadi berkat kepandaian retorisnya yang dipergunakan untuk “menjual” program New Deal-nya lewat radio dan TV. Franklin juga dekat dengan para wartawan, karena dia yakin bahwa melalui mereka pendapat umum dapat dipengaruhi. Dalam kunjungan-kunjungan ke daerah, ia senantiasa berusaha untuk dekat dengan rakyat kecil.
c)             John Fitzgerald Kennedy (1917-1963)
Kennedy adalah Senator dan presiden AS yang ke-35. Seorang yang agresif dalam kampanye pemilihan presiden. Ini tampak jelas dalam debat TV dalam melawan calon presiden R. Nixon pada tahun 1960. Pada saat itu Kennedy tahu bahwa jumlah orang Amerika yang akan mendapat penjelasan lewat siaran televisi mengenai kampanye pemilihan presiden, dua kali lebih besar daripada lewat surat kabar dan majalah. Sebab itu kesempatan ini dipersiapkan dan dipergunakannya dengan sangat baik. Perdebatan itu disaksikan oleh sekitar tujuh puluh juta orang, di mana J. F. Kennedy keluar sebagai pemenang.
Ia terkenal karena kepintaran yang brilian dan karena kemampuan retorisnya yang tinggi. Kepandaiannya dalam seni berbicara ini didemontrasikan dalam pidato pelantikannya pada tahun 1961, di mana ia tidak hanya membeberkan angka dan fakta-fakta secara tepat dan lancar, tetapi juga dengan permainan kata yang mengandung humor yang efektif dan berkesan. Pada tanggal 22 November 1993, dalam kampanye pemilihan presiden, ia mati ditembak.
d)            Robert Francis Kennedy (1925-1968)
Robert adalah saudara J.F. Kennedy. Dia juga seorang Senator dan terakhir menjabat Menteri Pengadilan, yang kemudian dalam kampanye pemilihan presiden, juga mati karena ditembak. Dalam kampanye pemilihan presiden, ia menunjukkan sikap agresif seperti J.F. Kennedy. Berbeda dengan saudaranya, Robert memiliki gaya retoris yang lebih sederhana, tetapi berkesan. Pidatonya sebagai calon presiden yang diucapkannya pada tanggal 16 Maret 1968, merupakan karya retoris dan psikologis yang berbobot.


e)             Martin Luther King (1925-1968)
Martin seorang pengkhotbah kulit berwarna dan pejuang hak asasi golongan kulit hitam yang berasal dari Alabama. Dia akhirnya juga menjadi korban pembunuhan politis. Dalam perjuangan untuk menuntut persamaan hak bagi orang-orang kulit berwarna di AS. Martin mengembangkan pidato-pidato yang bersifat demagogis dan memiliki nilai retoris yang tinggi. Pidatonya yang berjudul, “I Have a Dream”, yang diucapkannya di depan 200 ribu pendengar pada tanggal 28 Agustus 1993, di tugu Lincoln di kota Washington, merupakan pidato yang tetap akan tercatat di dalam Sejarah Dunia. Kata kunci yang sangat biasa kembali dalam pidato ini adalah kebebasan. Seruannya: “We Want Freedom, Freedom, Freedom!”, akan tetap dikenang oleh generasi-generasi mendatang.

4)        Jerman
Sampai saat Reformasi, ilmu retorika di Jerman tidak dapat berkembang pesat. Karena bangsa Jerman dikuasai oleh para kaisar yang terlalu otoriter, orang bawahan atau rakyat jelata tidak memiliki kebebasan untuk berbicara. Oleh munculnya reformasi yang diprakarsai oleh Martin Luther, kepandaian dan seni berbicara mulai dikembangkan, khususnya pada mimbar-mimbar Gereja, baik oleh pemimpin agama Protestan maupun Katolik.
Sekitar perang dunia ke-2, ilmu kepandaian berbicara mengalami perkembangan yang pesat. Sesudah kaum Nazi (National-Sozialisten) pada tahun 1933 mengambil alih pucuk pemerintahan, retorika dijadikan wadah untuk menanamkan pengaruh di antara rakyat Jerman, khususnya di kalangan generasi muda.
Demagog terkenal pada zaman ini adalah Adolf Hitler (1889-1945). Dia adalah Kanselir Jerman yang mengantar Jerman menuju Perang Dunia ke-2 dan serentak pula membawa Jerman kepada keruntuhan dan perpecahan. Allan Bullock, seorang sejarawan Inggris menamakan Hitler: “Seorang demagog terbesar dalam sejarah.” Hitler sudah mulai tampil sebagai seorang demagog yang menarik, sekitar tahun 1920, ketika masih hidup dan bertugas di negara bagian Bayern. Setelah percobaan Coup yang gagal pada tahun 1923, sebagai tawanan ia mengarang buku: Mein Kampf, yang berisi program politiknya.
Seorang demagog lain yang juga terkenal di zaman Nazi adalah Herman Goering (1893-1946). Goering adalah presiden kerajaan yang kelak menjadi Marsekal. Demagog lain yang juga terkenal Joseph Goebbels (1897-1945). Dia adalah menteri yang menangani bagian propaganda pada zaman Hitler. Dia juga yang menciptakan Fuehrer Mythos (Mitos tentang Hitler). Goebbels adalah seorang demagog yang paling brilian. Hal itu dibuktikannya tidak hanya lewat pidato-pidato, tetapi juga lewat tulisan-tulisannya. Dia menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa ilmu retorika adalah alat untuk berkuasa.
Hitler dan Goebbels memberikan bukti historis bagaiamana retorika yang disalah gunakan, akan membawa malapetaka bagi suatu negara dan bangsa. Malapetakan ini tidak terlupakan baik dalam Sejarah Dunia, khususnya dan terutama dalam Sejarah bangsa Jerman sendiri.
Sesudah Perang Dunia ke-2 tidak ada ahli pidato yang muncul di Jerman. Konrad Adenauer (1876-1967) Helmut Schmidt dan Josef Strauss adalah orang-orang yang pandai berbicara, tetapi mereka bukanlah demagog terkenal di dunia.

C.           RETORIKA SEBAGAI SUATU PROSES KOMUNIKASI
1.             Pengertian Komunikasi
            Komunikasi adalah proses pengalihan makna antarpribadi manusia atau tukar-menukar berita dalam sistem informasi. Ada empat faktor yang menjadi prasyarat terjadinya suatu proses komunikasi yaitu:
a.         Komunikator, adalah orang atau pribadi yang mengatakan, mengucapkan atau menyampaikan sesuatu.
b.         Warta, pesan atau informasi, yaitu apa yang diucapkan; apa yang disampaikan.
c.         Resipiens, adalah orang yang mendengar atau menerima apa yang dikatakan atau disampaikan oleh komunikator.
d.        Medium, adalah tanda yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan warta atau pesan.

            Supaya komunikasi dapat terjadi, dalam arti terjadi saling pengertian antara komunikator dengan resipens, harus ada perbedaan tanda, yang dimiliki oleh komunikator dan resipens, dapat dimengerti oleh keduanya. Perbendaharaan tanda bersama ini akan mempermudah proses komunikasi.
            Apabila komunikator ingin menyampaikan sesuatu kepada resipens, berarti dia memiliki suatu maksud di dalam pikiran. Sesuatu yang ada di dalam pikiran komunikator ini, harus diterjemahkan ke dalam kode-kode yang dapat dimengerti oleh resipiens. Proses menerjemahkan sesuatu ke dalam kode-kode disebut kodefiksasi (Kodierung). Pendengar menangkap sesuatu yang dikodefikasikan oleh komunikator, lalu menerjemahkan ke dalam pengertiannya. Proses yang dilakukan resipiens ini disebut dekodefikasi (Dekodierung).
            Secara singkat proses komunikasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: siapa yang mengatakan (wer); apa yang dikatakan (sagt was); kepada siapa (zu wem); melalui medium apa (durch welches medium); dan dengan efek apa (mit welcher wirkung).
            Jadi, komunikasi adalah saling hubungan antara komunikator dan resipiens, dimana komunikator menyampaikan sesuatu pesan kepada resipiens, melalui medium untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.             Retorika sebagai Proses Komunikasi
            Sebuah contoh: sebuah mobil bekas akan dijual. Pemilik mobil tentu ingin menjualnya dengan harga yang memuaskan (tujuan). Dalam pembicaraan dengan calon pembeli, penjual tentu tidak hanya menjelaskan tentang merk, tipe, tahun keluaran, dan cirri khas mobil, tetapi dia pasti juga akan memuji-muji mobil tersebut. Misalnya: terpelihara baik, bentuknya sangat cocok dengan keadaan jalan dan tidak pernah terjadi kecelakaan. Singkatnya: mobil bekas yang paling ideal, yang apabila dibandingkan dengan harga, sebenarnya masih terlalu murah.
            Di lain pihak calon pembeli juga ingin supaya dapat membeli mobil itu dengan harga yang murah (tujuan). Oleh karena itu, terjadi tawar menawar dalam perdagangan, dimana penjual dan pembeli saling memberi argumentasi untuk mencapai tujuannya masing-masing. Dari contoh di atas dapat dilihat aspek-aspek komunikasi retoris sebagai berikut:
a.         Seorang pembicara menyampaikan kepada;
b.         Seorang pendengar sebagai kawan bicara atau pelanggan;
c.         Sesuatu;
d.        Dengan maksud dan tujuan tertentu (menjual mobil);
e.         Memberikan argumen-argumen terhadap isi pembicaraan;
f.          Sambil mendengar dan mempertimbangkan argument-argumen balik dari pendengar.

3.             Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Retoris
            Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris ini terdapat pada setiap unsur komunikasi seperti:
a.         Pada Komunikator
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas dalam proses komunikasi retoris adalah:
1)        Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi.
Yang dimaksudkan adalah penguasaan bahasa dan keterampilan mempergunakan bahasa; keterampilan mempergunakan media komunikasi untuk mempermudah proses pengertian pada resipiens; kemampuan untuk mengenal dan menganalisis situasi pendengar sehingga dapat memberikan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Di samping itu jenis hubungan antara komunikator dan resipiens dapat juga mempengaruhi efektivitas proses komunikasi.
2)        Sikap komunikator
Sikap komunikator seperti agresif (menyerang) atau cepat membela diri, sikap yang mantap dan meyakinkan; sikap rendah hati, rela mendengar dan menerima anjuran dapat memberi dampak yang besar dalam proses komunikasi retoris.
3)        Pengetahuan umum
Demi efektivitas dalam komunikasi retoris, komunikator sebaiknya memiliki pengetahuan umum yang luas, karena dengan begitu dia dapat mengenal dan menyelami situasi pendengar dan dapat mengerti mereka secara lebih baik. Dia harus mengetahui dan menguasai bahan yang dibeberkan secara mendalam, teliti dan tepat. Dia juga hendaknya mengetahui dan mengerti hal-hal praktis dari kehidupan harian para pendengarnya, supaya dapat menyampaikan sesuatu yang mampu menggugah hati mereka.
4)        Sistem sosial
Setiap komunikator berada dan hidup dalam sistem masyarakat tertentu. Posisi, pangkat atau jabatan yang dimiliki komunikator di dalam  masyarakat sangat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris (misalnya: sebagai pemimpin atau bawahan; sebagai orang yang berpengaruh atau tidak).
5)        Sistem kebudayaan
Sistem kebudayaan yang dimiliki oleh komunikator juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris. Tingkah laku, tata adab, dan pandangan hidup yang diwarisinya dari suatu kebudayaan tertentu akan juga mempengaruhi efektivitas dalam proses komunikasi.

b.        Faktor-faktor Pada Resipiens
          Faktor-faktor ini pada umumnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikator.
1)        Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi.
Supaya dapat terjadi komunikasi, resipiens harus menguasai bahasa yang dipergunakan. Keduanya hanya dapat saling berkomunikasi dan saling mengerti apabila mereka mempergunakan pembendaharaan kata yang sama dan yang dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi tidak akan terjadi apabila bahasa yang dipergunakan oleh komunikator tidak dimengerti oleh resipiens. Dalam hubungan dengan hal ini, perlu diperhatikan bahwa pendengar mempunyai cara mendengar dan mengerti sendiri, yang dapat berbeda dari apa yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh komunikator.
2)        Sikap resipiens
Sikap-sikap positif seperti terbuka, senang, tertarik, dan simpatik akan memberi pengaruh positif dalam proses komunikasi; sebaliknya sikap-sikap negatif seperti tertutup, jengkel, tidak simpatik terhadap komunikator akan mendatangkan pengaruh negatif.
3)        Sistem sosial dan kebudayaan
Sistem sosial dan kebudayaan tertentu dapat menghasilkan sifat dan karakter khusus pada resipiens. Orang dapat bersifat patuh, rendah hati, suka mendengar, tidak banyak bicara atau tidak berani menantang. Dilain pihak orang bisa menjadi kritis, suka membantah, dan tidak mudah tunduk kepada pimpinan. Juga cara menyampaikan sesuatu tidak sama di antara masyarakat. Sebab itu komunikator harus memperhatikan segala faktor ini, apabila dia mau mengharapkan efek yang besar dalam proses komunikasi dengan para pendengarnya.

c.              Faktor-faktor Pada Pesan dan Medium
Antara komunikator dan resipiens ada pesan dan medium. Kedua faktor ini perlu diperhatikan oleh komunikator secara khusus dalam proses komunikasi retoris.
1)        Elemen-elemen pesan
Komunikator menerjemahkan pesan dengan mempergunakan medium. Komunikator harus memperhatikan elemen-elemen yang membentuk pesan, supaya komunikasi dapat membawa efek yang besar. Elemen-elemen itu berupa kata-kata dan kalimat, pikiran atau ide yang dibeberkan, alat peraga yang dipakai untuk mengkonkretisasi pesan, suara, tekanan suara, artikulasi, mimik dan gerak-gerak untuk memperjelas pesan yang disampaikan.

2)        Struktur pesan
Yang perlu diperhatikan yaitu susunan organis di mana elemen-elemen itu dikedepankan untuk mengungkapkan pesan. Pada prinsipnya struktur atau susunan pesan harus jelas dan mudah dimengerti.
3)        Isi pesan
Isi pesan yang diungkapkan lewat medium harus dipertenggangkan dengan situasi resipiens. Isi pesan seharusnya mudah ditangkap, tidak boleh terlalu sulit, dan tidak mengandung terlalu banyak kebenaran, karena dapat membingungkan resipiens. Sebaiknya isi pesan dibatasi pada satu atau dua pokok pikiran yang diuraikan secara jelas, terinci, dan tepat.
4)        Proses pembeberan
Yang dimaksudkan adalah cara membawakan dan mengemukakan pesan dari komunikator. Ada tiga kemungkinan yang dapat dipilih, yaitu membawakan secara bebas, tanpa teks, terikat pada teks, atau setengah bebas. Ketiga kemungkinan ini membawa efek yang berbeda dalam proses komunikasi.

4.             Kegunaan Komunikasi Retoris
Konrad Lorenz mengatakan, “Apa yang diucapkan tidak berarti juga didengar; apa yang didengar tidak berarti juga dimengerti; apa yang dimengerti tidak berarti juga disetujui; apa yang disetujui tidak berarti juga diterima; apa yang diterima tidak berarti juga dihayati; apa yang dihayati tidak berarti juga mengubah tingkah laku.”
Kalimat-kalimat di atas mengungkapkan kesulitan dalam proses komunikasi antarmanusia. Antara ide atau pikiran dan realisasinya yang konkret terbentang satu jalan panjang, yang memiliki berbagai macam kesulitan dalam penyampaian, sehingga dapat mengurangi efektivitas dalam proses komunikasi.
Oleh karena itu, komunikasi retoris itu penting supaya apa yang diucapkan dapat didengar; apa yang didengar dapat dimengerti; apa yang dimengerti dapat disetujui; apa yang disetujui dapat diterima; apa yang diterima dapat dihayati dan apa yang dapat dihayati dapat mengubah tingkah laku.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Ermawati. 2001. “Retorika (Seni Berbahasa Lisan dan Tulisan)”. Buku Ajar. Padang: FBSS UNP.

P. D. W. Hendrikus SVD. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.

1 komentar:

  1. Casino & Slot Machines for Sale | Wooricasinos.info
    Browse casino, slots titanium watches and ti89 titanium calculators other games in 예스 벳 your state. There titanium connecting rod are over 20,000 casino games, and the casinos that have games from all titanium drill bit set

    BalasHapus