Jumat, 15 Mei 2015

PENGERTIAN RETORIKA, APAKAH RETORIKA DAPAT DIPELAJARI, DAN PEMBAGIAN RETORIKA



PENGERTIAN RETORIKA, APAKAH RETORIKA DAPAT
DIPELAJARI, DAN PEMBAGIAN RETORIKA

                                                  
A.           PENGERTIAN RETORIKA
Pengertian pokok dari retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (memberikan informasi atau memberikan motivasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Berikut disampaikan uraian mengenai retorika diantaranya:
1.             Arti Retorika
Secara etimologis, retorika berasal dari bahasa Yunani, “rhetrike” yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles dalam bukunya “Rhetoric” mengemukakan pengertian retorika, yaitu kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain. Sedangkan menurut Gorys Keraf, retorika adalah suatu istilah secara tradisional yang diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Menurut P. Dori Wuwur Hendrikus, retorika adalah kesenian untuk berbicara baik yang digunakan dalam proses komunikasi antarmanusia.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik (kunst, gut zu reden atau ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan.
Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara dapat dengan mencontoh para rektor yang terkenal (imitatio), dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina), dan dengan melakukan latihan yang teratur (exercitium). Dalam seni berbicara juga dituntut penguasaan bahan (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa (verba).

2.             Retorika, Dialektika dan Elocutio
Ilmu retorika juga berhubungan erat dengan dialektika yang sudah berkembang sejak zaman Yunani kuno. Dialektika adalah metode untuk mencari kebenaran lewat diskusi dan debat. Melalui dialektika orang dapat mengenal dan menyelami suatu masalah (intellectio), mengemukakan argumentasi (inventio) dan menyusun jalan pikiran secara logis (dispositio). Retorika mempunyai hubungan dengan dialektika karena debat dan diskusi juga merupakan bagian dari ilmu retorika.
Elocutio berarti kelancaran berbicara. Dalam retorika kelancaran berbicara sangat dituntut. Elocutio menjadi prasyarat kepandaian berbicara. Oleh karena itu, retorika juga berhubungan erat dengan elocutio.

B.            APAKAH RETORIKA DAPAT DIPELAJARI?
Sebuah pepatah bahasa latin berbunyi: “Poeta nascitur, orator fit.” Artinya, “seorang penyair dilahirkan, tetapi seorang ahli pidato dibina”. Sejak dua ribu tahun terbukti bahwa banyak orang menjadi ahli pidato, karena mereka mempelajari teknik berbicara dan berpidato serta tekun melakukan latihan berbicara juga berpidato. Berikut terdapat dua contoh dalam sejarah yaitu:
1.             Demosthenes (384 - 322)
Demosthenes dari lahir memiliki kekurangan dalam berbicara. Dalam mengatasi itu, dia pergi ke pantai laut, menaruh kerikil dalam mulutnya, dan berusaha berbicara dengan ucapan yang jelas dan dengan suara yang sekuat mungkin untuk bisa mengatasi gemuruh hempasan ombak, dan usahanya ini berhasil. Demosthenes akhirnya menjadi seorang ahli pidato dalam Kerajaan Yunani Kuno.

2.             Winston Churchill (1874 - 1965)
Untuk bisa berpidato di depan Parlemen Inggris. Winston Churchill berhari–hari dia mencoba membuat latihan membaca dan berpidato. Dia mempersiapkan diri secara intensif. Beberapa bagian penting dari pidatonya malah dihafalkan. Usaha yang tekun ini akhirnya menjadikannya seorang ahli pidato terkenal.

Orang-orang yang bersifat introver dapat mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa. Introver adalah bersifat suka memendam rasa dan pikiran sendiri dan tidak mengutarakannya kepada orang lain (bersifat tertutup). Dalam mempelajari retorika lebih mudah bagi mereka yang ekstover, tetapi tetap saja keberhasilan seni berbicara tergantung dari usaha untuk mengembangkan kemampuan dengan optimal. Terus latihan untuk berbicara akan merubah gaya berbicara seseorang. Oleh karena itu, seni berbicara dapat dikuasai dan ilmu retorika juga dapat dipelajari.

C.           PEMBAGIAN RETORIKA
Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa, khususnya ilmu bina bicara (sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup:
1.             Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dimana hanya seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah dan deklamasi.

2.             Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat.

3.             Pembinaan Teknik Bicara
Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu, pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Ermawati. 2001. “Retorika (Seni Berbahasa Lisan dan Tulisan)”. Buku Ajar. Padang: FBSS UNP.
                       
P. D. W. Hendrikus SVD. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.

8 komentar:

  1. Balasan
    1. Terima kasih sudah mengunjungi blog saya. :D
      Salam kenal.

      Hapus
  2. Mohon izin untuk mengunduhnya, terimakasih sebelumnya. Ditunggu postingan selanjutnya.

    BalasHapus
  3. honestly, I'm truly enjoying this material. thanks a lot

    BalasHapus
  4. Artikel yang sangat menarik dan bermanfaat. Saya memiliki artikel terkait, silahkan kunjungi web berikut
    http://repository.unair.ac.id/27034/

    BalasHapus